Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kemendikbudristek Dorong Industri Hilirisasi Riset Perguruan Tinggi

Foto : muhammad marup

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, dalam Silaturahmi Merdeka Belajar, secara daring, Kamis (19/9).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong industri untuk terlibat dalam hilirisasi riset perguruan tinggi. Menurutnya, tantangan terbesar pendidikan tinggi yaitu melibatkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk berkolaborasi dengan insan perguruan tinggi.

"Tantangan terbesar kita menghadirkan dan menggandeng industri yang secara nyata membuka diri untuk berkolaborasi dengan insan pendidikan tinggi," ujar Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie, dalam Silaturahmi Merdeka Belajar, secara daring, Kamis (19/9).

Dia menerangkan, hilirisasi riset perguruan tinggi penting agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, selama ini belum ada kebijakan yang secara massif mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan DUDI.

"Selama ini belum ada policy di tingkat pemerintah untuk memberikan mandat bagi industri mengembangkan riset dan pengembangannya dengan perguruan tinggi," jelasnya.

Tjitjik mengungkapkan, pihaknya memiliki program Kedaireka dan Dana Padanan. Program tersebut untuk mendorong akselerasi riset dan inovasi perguruan tinggi dengan industri.

Dia menambahkan, program tersebut telah mampu menjadi daya ungkit kolaborasi riset perguruan tinggi dengan industri. Hal tersebut berhasil meningkatkan Global Innovation Index Indonesia. "Meski ada tantangan kita melihat bahwa terobosan dari, program ini bisa jadi daya ungkit dari inovasi Indonesia. Cukup berhasil untuk mengangkat perkembangan Iptek yang ada di Indonesia," ucapnya.

Tjitjik memastikan, pihaknya terus mengevaluasi program tersebut setiap tahunnya. Hal tersebut untuk mencari solusi atas kelemahan kolaborasi perguruan tinggi dan industri, salah satunya terkait pendanaan.

"Secara bertahap kita akan mengajukan mulai tahun depan bisa menerapkan satuan biaya berbasis pengeluaran, tidak rigid administratif. Itu kendala terbesar kita melaksanakan proyek yang menggandeng DUDI dengan kita yang bersumber APBN," terangnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top