Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penembakan di Papua - Dirut PT Istaka Karya Minta Maaf

Keluarga Korban Tolak Santunan 24 Juta Rupiah

Foto : ANTARA / Aprillio Akbar

Penyerahan Jenazah - Dirut PT Istaka Karya, Sigit Winanto menerima secara simbolis jenazah korban penembakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Hanggar Bandara Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (7/12).

A   A   A   Pengaturan Font

TIMIKA - Negosiasi antara PT Istaka Karya (Persero) dengan keluarga dari karyawan tewas akibat dibunuh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) berlangsung ricuh dan alot. Keluarga korban menolak besaran santunan 24 juta rupiah yang diberikan perusahaan pelat merah itu.

"Rincian santunan yang disanggupi Istaka Karya tersebut yaitu uang duka sebesar 16,2 juta rupiah, santunan sebesar 4,8 rupiah dan penggantian biaya pemakaman sebesar tiga juta rupiah," kata Kepala Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah Papua, Osman Marbun, dalam pertemuan antara pihak Istaka Karya dengan keluarga korban, di Hanggar Bandara Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (7/12).

Keluarga korban marah ketika mendengar penjelasan perwakilan perusahaan bahwa jumlah tersebut sesuai dengan peraturan yang mana peristiwa itu tidak masuk dalam kategori kecelakaan kerja. Pasalnya, peristiwa tersebut terjadi ketika pekerja sedang beristirahat.

Kemarahan keluarga semakin memuncak bahkan sempat terjadi adu mulut ketika Osman mempertanyakan status peserta negosiasi. Bahkan dalam adu mulut, Osman mengatakan bahwa pihaknya yang sudah payah mengambil "barang" (jenazah) dari dalam hutan. "Itu bukan barang, itu manusia. Kenapa kau bilang itu barang?" kata keluarga korban.

Untuk meredam suasana, Osman kemudian dibawa keluar dari tempat negosiasi. Negosiasi yang berjalan hampir dua jam tersebut terpaksa dihentikan. Perwakilan keluarga korban tetap bersikeras bahwa peristiwa yang terjadi masuk dalam kategori kecelakaan kerja.

"Besar santunan yang disanggupi PT Istaka Karya sangat minim bahkan tidak wajar," kata Samuel, salah satu keluarga korban.

Dikaji Ulang

Menanggapi kericuhan itu, Dirut PT Istaka Karya, Sigit Winanto mengatakan akan memperhitungkan kembali jumlah santunan kepada keluarga korban, termasuk mendefinisikan apakah peristiwa tersebut sebagai kecelakaan kerja atau tidak.

"Akan dikaji lagi sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Kita belum bisa sampaikan seperti itu (termasuk kecelakaan kerja atau tidak). Yang jelas sekarang pihak keluarga sepakat untuk mengantar para korban ke tempat asal," ujarnya.

Dirut PT Istaka memohon maaf atas keributan yang terjadi pada saat negosiasi yang menyebabkan perang mulut antara keluarga korban dengan Kepala Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional Wilayah Papua, Osman Marbun. "Semua dalam kondisi lelah termasuk lamanya proses evakuasi. Saya pikir masih dalam batas wajar," ujarnya.

Tim ahli forensik Polri telah berhasil mengenali identitas 16 jenazah korban pembunuhan kelompok OPM di Puncak Kabo, itu. Sementara tiga jenazah lain sedang dalam pencarian aparat gabungan TNI Polri disekitar Gunung Kabo, Distrik Yall Kabupaten Nduga.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan para karyawan PT Istaka Karya korban penembakan OPM di Kabupaten Nduga itu merupakan pahlawan pembangunan di Papua.

"Kami menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya bagi keluarga korban. Mereka adalah pahlawan pembangunan Papua. Mereka sudah memberikan dedikasi yang tinggi bagi bangsa dan negara. Semoga keluarga ikhlas menerima cobaan berat ini," kata Marsekal Hadi saat menemui keluarga korban di Hanggar Bandara Mozes Kilangin Timika, Jumat (7/12) pagi. Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top