Kelompok Etnis Bersenjata Kuasai Wilayah Perbatasan
Seorang tentara Myanmar berjaga di Bandara Sittwe, Negara Bagian Rakhine, beberapa waktu lalu. Pada Rabu (11/12), kelompok etnis bersenjata Tentara Arakan mengklaim bahwa mereka telah menguasai wilayah Maungdaw yang berada 25 kilometer dari Sittwe.
Foto: AFP/Ye Aung THUBANGKOK – Sebuah kelompok etnis bersenjata Myanmar mengklaim telah menguasai wilayah strategis di sepanjang perbatasan Bangladesh hingga menambah tekanan lebih lanjut pada junta yang memerangi pemberontak di tempat lain di seluruh negeri.
Pertempuran telah mengguncang Negara Bagian Rakhine di barat Myanmar sejak Tentara Arakan (AA) menyerang pasukan keamanan pada November 2023, mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar telah berlangsung sejak kudeta junta tahun 2021.
“Pejuang AA telah merebut sebagian besar wilayah di negara bagian yang merupakan lokasi bagi proyek pelabuhan yang didukung Tiongkok dan India dan hampir memutus koneksi dengan ibu kota negara bagian, Sittwe,” demikian lapor kantor berita AFP, Rabu (11/12).
Pernyataan yang dirilis AA pada 10 Desember menyebutkan kelompok itu telah mengendalikan seluruh wilayah Maungdaw, sebuah distrik yang dihuni lebih dari 110.000 orang, menurut sensus terakhir, sejak 9 Desember lalu.
Pangkalan junta terakhir di dekat Kota Maungdaw telah jatuh pada awal 9 Desember setelah hampir dua bulan pertempuran, kata kelompok etnis bersenjata itu seraya menambahkan bahwa pangkalan tersebut telah menangkap sejumlah tentara junta termasuk komandan pangkalan.
Sebuah video yang dirilis kelompok itu memperlihatkan beberapa pria yang tampak seperti pasukan keamanan Myanmar yang telah menyerah berjalan keluar dari bangunan yang rusak, sambil memegang bendera putih dan potongan styrofoam putih.
AFP belum dapat mengkonfirmasi informasi tersebut secara independen dan telah menghubungi juru bicara AA untuk memberikan komentar.
Peringatan PBB
Kota Maungdaw terletak di Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dari Bangladesh dan merupakan rumah bagi banyak anggota minoritas Rohingya yang teraniaya.
Sejauh ini pihak junta belum menanggapi permintaan komentar mengenai pertempuran Maungdaw.
Perebutan Maungdaw terjadi setelah pada Mei lalu, AA mengklaim telah merebut Kota Buthidaung, 25 kilometer dari Maungdaw.
Beberapa kelompok diaspora Rohingya kemudian menuduh AA memaksa Rohingya melarikan diri, dan kemudian menjarah dan membakar rumah mereka, klaim yang disebut AA sebagai sebuah propaganda.
Pada bulan November, PBB memperingatkan Negara Bagian Rakhine sedang menuju bencana kelaparan, karena bentrokan yang terus berlangsung menekan perdagangan dan produksi pertanian.
“Perekonomian Rakhine telah berhenti berfungsi,” kata laporan dari Program Pembangunan PBB, yang memproyeksikan kondisi kelaparan akan terjadi pada pertengahan tahun 2025 jika tingkat kerawanan pangan saat ini tidak ditangani. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29