Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kekerasan Atas Nama Agama Terjadi Lagi, Rumah Penghayat Kepercayaan Dirusak Warga di Sulut

Foto : VOA/Reuters

Ilustrasi - Pengikut aliran minoritas Islam Ahmadiyah memadamkan masjid yang terbakar di Desa Ciampea, Jawa Barat, 1 Oktober 2010.

A   A   A   Pengaturan Font

Menurutnya, penghayat Laroma resmi tercatat dalam Tanda Inventarisasi Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi dengan Nomor 1145/F2/KB.02.03/2021, serta resmi diakui keberadaannya oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui Surat Keterangan Nomor 009/27/Kesbangpolda/XII/2021.

Kekhawatiran Penghayat

Diwawancarai VOA, Ketua Umum Lalang Rondor Malesung (Laroma), Iswan Sual menjelaskan dampak dari peristiwa itu menimbulkan kekhawatiran bagi pihaknya dalam melakukan kegiatan ritual budaya. Kini mereka mempertimbangkan untuk melakukan ritual jauh dari perkampungan masyarakat. Ritual budaya itu dilakukan sekali dalam sebulan saat bulan purnama. Jumlah penghayat Laroma diperkirakan 157 orang.

"Yah ini tiba-tiba saja begini, dulunya kami tidak khawatir sekarang kami jadi khawatir, dulu tidak takut kini jadi takut dimana kita akan melaksanakan ritus berikutnya? Nanti kalau dilaksanakan di sekretariat nanti dituduh bukan sekretariat bukan tempat ritus sementara tidak ada landasan hukum yang mengatur dimana kami harus melakukan ritus," kata Iswan Sual.

Secara singkat Iswan Sual menjelaskan kepercayaan Malesung melakukan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dalam bahasa daerah di sebut Apo' Kasuruang Wangko'. Malesung mengajarkan pengikutnya untuk berbuat budi luhur kepada sesama.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top