Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wawancara Susy Susanti

"Keharuan dan Kebanggaan yang Luar Biasa"

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Prestasi Susy Susanti meraih medali emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade hingga saat ini belum bisa disamai oleh atlet-atlet bulutangkis putri Indonesia lainnya. Keberhasilannya seakan menjadi tonggak prestasi yang tak lekang oleh waktu.

Susy pun menjadi salah satu atlet yang kerap disebut-sebut sebagai pahlawan olahraga Indonesia. Terlebih sikap profesional, kerendahan hati serta patriotismenya layak menjadi panutan para juniornya.

Susy sendiri mengatakan dia benar-benar tulus dalam mempersembahkan medali itu untuk bangsa Indonesia, terlepas dari bonus dan penghargaan lain yang dijanjikan maupun yang diterimanya.

Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan Koran Jakarta, Beny Mudesta Putra dalam beberapa kesempatan.

Medali emas Olimpade Barcelona 1992 adalah momentum yang sangat spesial. Apa yang Anda rasakan dan alami saat itu?

Waktu itu memang kesempatan yang sangat besar. Bulu tangkis untuk pertama kali dipertandingkan di Olimpade dan kita tahu bahwa Indonesia sangat kuat. Itu berarti harapan dan juga target yang diberikan dari Menpora dan PBSI adalah meraih medali. Saya mendapat tugas karena saya berada di rangking satu dunia, otomatis, harapan maupun target yang dibebankan kepada saya adalah menyumbangkan medali emas.

Bisa meraih medali emas, tentu secara pribadi saya punya motivasi dan keinginan untuk itu. Target yang diberikan pemerintah, itu beban yang cukup berat. Saya melihat seluruh rakyat Indonesia berharap sekali, itu yang membuat saya waktu persiapan Olimpiade merasa tegang karena saya merasa harus meraih emas. Setiap kali bertemu orang, saya selalu diminta meraih emas. Itu menjadi beban.

Sempat saya menjadi takut juga bertemu orang karena ditanya itu-itu terus. Tapi saya akhirnya berpikir positif, bahwa seluruh rakyat, pemerintah Indonesia, dan PBSI memberikan tanggung jawab karena saya mampu. Karena itulah, saya harus berlatih dengan keras.

Pengalaman apa yang paling dikenang dan mengesankan?

Satu hari sebelum final, sempat saya tidak bisa tidur, tidak bisa makan, karena saya ingin cepat-cepat selesai. Waktu saya tak bisa tidur sama sekali, bolak-balik. Makan pun saya sudah tidak lihat apa yang dimakan, asal masuk aja. Betul-betul suatu ketegangan yang luar biasa, bukan karena takut menghadapi lawan, tapi karena ingin menang dan mendapatkan medali emas.

Mungkin bisa dilihat dari semua pertandingan yang saya jalani, saat saya kalah atapun menang, saya akan bersikap biasa saja. Pada saat kalah mungkin saya akan memberikan apresiasi kepada lawan dan pada saat menang, saya bersikap tak berlebihan. Tapi pada saat Olimpiade itu, saya over, saya sempat menjerit karena saya merasa tugas saya sudah selesai.

Beban saya lepas, saat poin terakhir saya menang. Saya merasa terlepas dengan sempurna. Saya merasa tugas yang dibebankan PBSI, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia bisa saya selesaikan dengan baik.

Bagaimana perasaan Anda saat itu?

Di situ ada kegembiraan dan keharuan, karena baru untuk pertama kali merah putih berkibar. Saya merasa bangga karena selama saya berada di lingkungan pertandingan Olimpiade hanya bendera negara lain, Amerika, Tiongkok, dan Jerman serta beberapa lain yang selalu saya lihat. Pada saat itu saya berada di podium teratas dan mendengar lagu Indonesia Raya, melihat merah putih berkibar, apalagi saat berada di luar negeri, jauh dari Indonesia, itu betul-betul suatu kebanggaan dan keharuan.

Mungkin bukan saya saja, seluruh masyarakat Indonesia yang ada di sana dan seluruh atlet Indonesia teman-teman dari cabang lain yang ada di gedung itu, merasakan hal yang sama. Olimpiade puncak dari semuanya, untuk Indonesia sendiri 1992 mungkin sebuah momen yang sangat spektakuler, saat itu kita merah dua emas, dua perak, dan satu perunggu. Itu mengantarkan Indonesia berada di posisi 20 besar dunia. Jadi saat itu mungkin orang tidak tahu Indonesia itu berada di mana. Saya pun saat berada di kompleks olahraga sering bertukar pin untuk koleksi.

Kita mau tukaran dengan negara lain, tidak laku dan tidak dianggap. Mereka bertanya, Indonesia di mana, sebelah mananya Bali, mereka jauh lebih mengenal Bali. Itu membuat saya sedih, karena Indonesia tidak dianggap. Itu juga membuat saya termotivasi, kalau saya bisa berprestasi dan menaikkan peringkat, atlet dari negara-negara lain di dunia akan tahu bahwa ada negara bernama Indonesia.

Saat kita melejit ke posisi 20 besar, di situ orang baru tahu bahwa ada negara bernama Indonesia. Saat itu, mereka justru yang berburu pin negara Indonesia. Para kolektor justru memburunya.

Begitu kita masuk 20 besar, penghargaan yang diberikan juga sangat tinggi, mereka tidak lagi memandang kita sebelah mata. Saat itu, saya merasa dampak prestasi bagi sebuah bangsa.

Pada saat turun dari pesawat langsung disambut meriah dengan arak-arakan. Semua atlet Olimpiade disiapkan untuk berkeliling, semua warga Jakarta tumpah semua ke jalan. Itu menjadi momen luar biasa. Saat itu, saya merasa apa yang saya perjuangkan, apa yang saya dapat di Olimpiade membuat masayarakt Indonesia itu juga merasakan kebanggaan.

Bagaimana dengan penghargaan yang Anda terima?

Untuk penghargaan, saya mendapat Bintang Jasa Utama dari pemerintah. Penghargaan yang lain, sebenarnya tidak seperti yang diberitakan. Kalau yang diberitakan wah sekali, tapi sebenarnya tidak sebanyak itu. Itu juga bukan dari pemerintah, pemerintah hanya memberikan cuma bintang jasa.

Pengusaha-pengusaha yang punya kepedulian memberikan suatu bonus, tapi tak sebesar yang diberitakan di media, satu miliar rupiah, setengah juga tidak. Pemerintah daerah, karena saya dari Jawa Barat, mereka memberikan bonus. Dari klub juga dapat, dari pemerintah pusat cuma terima kasih dan bintang jasa saja.

Namanya pemberian, kalau saya pribadi, jika dikasih saya terima, jika tidak, tidak apa-apa. Bagi saya yang terpenting telah memberikan sesuatu yang terbaik buat bangsa Indonesia lewat bidang saya. ben/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top