Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Cadangan Darah

Kebutuhan Darah Nasional Banyak Kendala

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Pemenuhan kebutuhan darah nasional termasuk di Yogyakarta menemui berbagai kendala di antaranya, sumber daya manusia dan peralatan yang terbatas, standar yang tidak seragam, minim jejaring, dan pengelolaan limbah yang tidak optimal.

Demikian terutngkap dalam workshop Forum Inovasi Pengetahuan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Yogyakarta, Selasa (4/2).

Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Darwito mengatakan kebutuhan darah di Asia Pasifik meningkat pesat sehingga dibutuhkan perbaikan dalam pengumpulan maupun distribusi antar jaringan pengumpul darah seperti PMI. "Hal itu dimulai sejak proses skrining darah," kata Darwito dalam jumpa pers yang berlangsung di Hotel Tentrem.

Proses skrining merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk menilai apakah seseorang memiliki faktor risiko terhadap suatu masalah kesehatan atau tidak. Tujuannya, untuk memberikan informasi sekaligus penanganan yang tepat jika ditemukan risiko terhadap penyakit tertentu.

Meski ada kesamaan dalam praktik pengambilan dan pemrosesan darah atau plasma darah di seluruh negara anggota APEC, namun Darwito tidak memungkiri banyak juga perbedaan yang signifikan. Misalnya kurang memadainya kebijakan darah dalam negeri untuk membuat program darah yang diorganisasi dan dikelola secara domestik.

Kemajuan Medis

Terdapat kebijakan yang berbeda-beda di setiap negara di kawasan Asia-Pasifik dalam menetapkan pengakuan darah atau plasma sebagai sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan kesehatan dan kemajuan medis.

Meski sebagian besar negara APEC memiliki beberapa tingkat kebijakan dalam negeri, namun tidak semua negara anggota menekankan unsur-unsur penting dari sebuah kebijakan kuat yang memaparkan misi, otoritas, tanggung jawab, akuntabilitas, dan keberlanjutan dalam negeri suatu entitas untuk memenuhi kebutuhan darah atau plasma pasien.

"Banyak negara anggota APEC telah mengabaikan atau mengalokasikan terlalu sedikit dana untuk program darah atau plasma mereka," ujar Darwito. YK/AR-3

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top