Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kasus Cacar Monyet di Kongo Melonjak, WHO Bunyikan Alarm

Foto : ST/CDC/BRIAN WJ MAHY

Lonjakan infeksi di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 2022 mendorong WHO mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 25 November melaporkan 12.569 kasus Mpox dan 581 kematian terkait di Republik Demokratik Kongo hingga 12 November 2023, angka tahunan tertinggi yang pernah tercatat.

Penyakit menular yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet (monkey pox) ini pertama kali diidentifikasi pada manusia pada 1970 di Kongo.

Penyakit ini telah menjadi endemik selama bertahun-tahun di beberapa negara Afrika Barat dan Tengah. Wabah sering kali dimulai ketika virus ditularkan ke manusia dari hewan yang terinfeksi.

Semua kecuali empat dari 26 provinsi di Kongo melaporkan kasus infeksi, kasus baru di wilayah geografis yang sebelumnya tidak melaporkan Mpox, termasuk Kinshasa, Lualaba, dan Kivu Selatan, kata WHO.

WHO prihatin dengan penularan suatu varian dan pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Kongo untuk menilai situasinya.

Lonjakan infeksi tahun lalu di Eropa dan Amerika Serikat, di luar wilayah endemis penyakit ini, mendorong WHO mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional Juli 2022.

Pemerintah mengakhiri peringatan itu pada Mei tahun ini namun menyarankan masyarakat untuk tetap waspada.

Menurut WHO, wabah global ini terutama menyerang laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dan baru-baru ini berhubungan seks dengan satu atau beberapa pasangan.

Benda-benda yang terkontaminasi juga dapat menyebarkan penyakit.

Gejala pertama adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri punggung selama lima hari.

Ruam kemudian muncul di wajah, telapak tangan dan telapak kaki, diikuti dengan lesi yang menyakitkan, bintik-bintik dan akhirnya korengan.

Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya setelah dua hingga empat minggu.Penyakit ini paling serius terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Sebanyak 91.788 kasus dan 167 kematian telah dilaporkan di 116 negara dan wilayah sejak Januari 2022 hingga 31 Oktober tahun ini, kata WHO.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top