Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jumlahnya Melewati Titik Jenuh

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sejarah satelit dimulai pada 1957, ketika Uni Soviet meluncurkan satelit buatan pertama di dunia dengan nama Sputnik 1. Sejak itu, puluhan ribu instrumen serupa telah dikirim ke orbit di sekitar Bumi, melayani berbagai tujuan, dari mendukung pemantauan iklim hingga memetakan rute navigasi.
Satelit telah membantu pemahaman tentang dunia dalam berbagai cara. Namun saat ironisnya jumlahnya telah mencapai titik jenuh, sehingga menciptakan polusi cahaya. "Sekarang tidak ada lokasi di mana pun di dunia yang bebas dari polusi yang disebabkan oleh satelit dan sampah antariksa," tulis laman Pollution Solution.
Polusi yang ditimbulkan satelit bukan hanya cahaya, seperti yang ditimbulkan oleh konfigurasi satelit Starlink. Satelit yang tidak aktif namun masih berada di orbit menciptakan sampah antariksa bersama dengan fragmentasi ledakan, debu, atau partikel kecil lainnya dari misi luar angkasa.
Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Akademi Ilmuwan Slovakia, yang menemukan, di bagian tergelap planet ini, langit malam masih menyimpan cahaya redup yang disebabkan oleh sumber atmosfer seperti partikel terionisasi.
"Namun kondisi ini diperparah kehadiran ribuan satelit dan objek lain yang mengambang di luar angkasa. Pantulan cahaya yang ditimbulkan menambah sekitar 10 persen lebih banyak difusi cahaya," lanjut laman Pollution Solution.
Meskipun perbedaannya terlalu kecil untuk terlihat oleh sebagian besar pengamat bintang amatir, perbedaan ini sebenarnya dapat dideteksi dengan mata telanjang. Oleh karena itu, tentu akan berdampak negatif pada para astronom yang ingin melihat sekilas galaksi-galaksi jauh, yang merupakan bagian dari penelitian tentang bagaimana galaksi terbentuk dan materi gelap tercipta.
Padahal International Astronomical Union (IAU) atau Persatuan Astronomi Internasional pada 1979 menyarankan agar observatorium baru hanya boleh dibangun di lokasi dengan polusi cahaya tidak melebihi 10 persen. Dengan adanya polusi cahaya dari satelit maka memenuhi hal tersebut di lokasi terpencil menjadi mustahil.
Hadirnya ribuan satelit Starlink oleh perusahaan kedirgantaraan dan transportasi SpaceX, yang didirikan oleh Elon Musk, bertanggung jawab dalam mengirim lebih dari seribu satelit ke orbit dalam dua tahun terakhir saja demi akses jaringan internet khususnya wilayah terpencil.
"Sebagai bagian dari dorongan untuk menciptakan infrastruktur internet berkecepatan tinggi di seluruh planet ini," ujar Musk.
Sementara itu, raksasa ritel Amazon juga akan meluncurkan ribuan satelit mereka sendiri di tahun-tahun mendatang, yang berpotensi mengaburkan pandangan tentang langit malam. Ini adalah situasi yang hanya diperkirakan akan memburuk bagi pengamatan langit malam oleh astronom dan masyarakat. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top