Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Juara Kelas Bukan Jaminan Kesuksesan

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Mendaki Tangga yang Salah

Penulis : Eric Barker

Penerbit : Gramedia

Cetakan : 2019

Tebal : xviii + 360 halaman

ISBN : 978-602-03-8817-5

Secara umum, buku ini mengulas kesalahan persepsi maupun keyakinan-keyakinan yang selama ini dibangun mengenai kesuksesan. Dalam pendidikan, misalnya, indikator kesuksesan adalah nilai. Deretan angka sejatinya bukan jaminan kesuksesan masa depan. Siswa berlomba mendapat nilai bagus.

Di sekolah, guru cenderung menghargai murid yang patuh dan taat. Sebaliknya, pendidik kurang perhatian terhadap murid yang dianggap bebal. Padahal, fakta di lapangan menunjukkan, anak-anak yang tidak cukup memuaskan di kelas, kadang justru lebih sukses dalam karier.

Buku ini memberi penjelasan orang nomor satu di sekolah jarang menjadi orang nomor satu dalam kehidupan nyata. Ada dua sebab yang melatarbelakangi. Pertama, sekolah senantiasa mengapresiasi siswa karena kepatuhan. Dari kacamata sosial, ini laik dan logis. Akan tetapi yang harus diketahui, korelasi nilai akademis dengan tingkat kecerdasan sangat kecil. Nilai akademis hanya peramal yang hampir final tentang kepatuhan, kesungguhan, dan kemampuan siswa dalam menaati segala aturan (hal 4).

Memang agak disayangkan, para lulusan terbaik sekolah seringkali dicap sebagai siswa berprestasi. Padahal kenyatannya tidak. Mereka bukan murid berprestasi di bidangnya. Mereka hanya mematuhi perintah guru yang kemudian mendapat imbalan berupa angka-angka yang dijadikan tolak-ukur keberhasilan belajar, bukan menjalani pembelajaran sesungguhnya.

Kedua, sekolah menghadiahi kaum generalis. Menurut penelitian, tidak banyak pengakuan diberikan kepada passion atau kemahiran siswa. Padahal di dunia nyata, yang paling kreatiflah mendapat tempat, bukan pribadi yang belum jelas keahliannya.

Ada yang menarik dari penelitian ini, kaitannya dengan pengaruh menaati peraturan akan membawa kesuksesan. Taat peraturan ternyata mengandung sisi positif dan negatif. Sisi positifnya jelas, sebuah kebaikan. Akan tetapi, sering kali banyak potensi terpendam berbenturan dengannya. Sehingga ekspresi skill kurang maksimal. Padahal dia merupakan jalan menuju kesuksesan.

Buku ini akan mengetuk ingatan dan daya pikir pembaca yang mungkin kurang diperhatikan. Perlu diketahui, sekolah tidak selalu selaras dengan kehidupan nyata. Dia memiliki konsep dan aturan yang jelas, tapi tidak dengan kehidupan. Ketika tidak ada jalan jelas untuk diikuti, maka pencapai akademis akan bingung (hal 5).

Buku mencoba membawa lebih bijak menyikapi anak yang tidak berprestasi di sekolah. Karena bisa jadi mereka lebih sukses dan berhasil daripada anak yang akademisnya bagus. Demikian pula, pembaca bisa mengambil pesan, anak yang berprestasi harus betul-betul murni dari kecakapan dan perjuangannya sendiri, bukan karena kerja keras dalam mendapatkan nilai.

Kesuksesan senantiasa terbuka lebar. Sikaplah yang membedakan, optimis dan pesimis. Orang optimis akan menjadikan kelemahannya sebagai sumber kekuatan yang tak terkalahkan. Sebaliknya, orang pesimis akan mengalami kelemahan walaupun mempunyai kekuatan luar biasa dahsyat.

Buku mengajak pembaca berhenti sejenak, merenungkan yang selama ini diagungkan dalam mencapai kesuksesan. Padahal mungkin belum tentu besar. Sehingga setiap hari kita berada dalam rutinitas yang salah. Maka saatnya dikoreksi dalam sudut pandang yang lebih akurat berdasarkan penelitian dalam sajian fakta empiris pelaku sejarah. Diresensi Rofiqi Suhram, Alumnus Pascasarjana STIE Mahardhika Surabaya

Komentar

Komentar
()

Top