Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jerman Perlu Kerja Keras untuk Bangkit

Foto : Uwe KRAFT / AFP

Jerman ­Miliki Banyak Pekerjaan I Pemain Belgia, Kevin De Bruyne (kanan) dan Pemain Jerman, Emre Can berebut bola dalam pertandingan persahabatan internasional antara Jerman melawan Belgia di Cologne, Jerman, Rabu (29/3). Pelatih Jerman, Hansi Flick mengakui tim asuh­annya memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri meraih gelar Piala Eropa 2024 .

A   A   A   Pengaturan Font

KOLN - Pelatih Jerman, Hansi Flick, mengakui tim asuhannya memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempersiapkan diri meraih gelar Piala Eropa 2024 di mana Jerman akan menjadi tuan rumah turnamen tersebut. Juara dunia empat kali dan juara Eropa tiga kali itu, kalah 2-3 di kandang dalam pertandingan persahabatan melawan Belgia, Rabu (29/3).

Mereka tersingkir dari Piala Dunia tahun lalu di babak penyisihan grup. Jerman tersingkir dari Piala Dunia di Qatar di rintangan pertama. Itu menjadi kedua kali berturut-turut di Piala Dunia. Kegagalan tersebut melanjutkan keterpurukan Jerman yang makin menjauh dari standar mereka.

"Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kami paham itu," ujar Flick setelah kekalahan pertama Jerman dari Belgia sejak 1954. Kemenangan 2-0 atas Peru, akhir pekan lalu, dalam pertandingan pertama Jerman sejak bencana di Piala Dunia telah meningkatkan harapan kebangkitan.

Tapi melawan Belgia, Jerman menunjukkan bahwa mereka belum mampu menyamai tim elite Eropa. Jerman mencapai setidaknya semifinal di enam turnamen besar berturut-turut 2006 hingga 2016, tetapi gagal mencapai perempat final sejak itu. Jerman juga tersingkir di babak 16 besar kalah dari Inggris di Piala Eropa 2020.

Sering kali dianggap hanya karena nasib buruk dan gagal dalam penyelesaian akhir, penampilan mengecewakan Jerman terlihat semakin signifikan. Setelah kemerosotan serupa yang membuat Jerman tersingkir di babak penyisihan grup Piala Eropa 2000 dan 2004, tim muda memulihkan kepercayaan diri dengan mencapai babak empat besar Piala Dunia di kandang sendiri tahun 2006.

Flick paham, jika tersingkir lebih awal pada tahun depan saat menjadi tuan rumah, itu akan menjadi petaka terburuk Jerman. Pemain pemenang Ballon d'Or yang kini menjadi pengamat sepak bola, Lothar Matthaeus, mengomentari hasil memalukan melawan Belgia. Tim tamu mencetak dua gol dalam 10 menit pertama.

"Penampilan tersebut terburuk yang pernah saya lihat dalam hidup," ujar Matthaeus yang ikut membawa Jerman juara Piala Dunia 1990. "Mereka membiarkan Belgia menemukan ritme," sambungnya. Flick melakukan intervensi setelah laga berlangsung 30 menit. Dia memasukkan Emre Can, yang menjadi starter di pertandingan sebelumnya melawan Peru. Jerman terlihat berbeda setelahnya.

"Pelatih bereaksi, segalanya menjadi lebih baik," ujar striker Niclas Fuellkrug, yang mencetak gol keenamnya dalam enam pertandingan timnas Jerman dari titik penalti.

Kerja Eksperimen

Dengan Jerman sudah lolos ke Piala Eropa 2024 sebagai tuan rumah, Flick telah berjanji untuk bereksperimen dengan pemilihan tim dalam dua pertandingan persahabatan. Kekalahan itu bagaimanapun juga tidak dapat dikaitkan dengan anak-anak muda yang tidak berpengalaman.

Hanya empat dari 17 pemain yang turun lapangan dalam laga kontra Belgia berusia di bawah 27 tahun. Ujian Flick berikutnya akan datang bulan Juni. Jerman akan menghadapi Ukraina di kandang dan Polandia dalam laga tandang. "Tujuan kami berkembang lebih jauh," ujar Flick. "Pertandingan seperti ini bagus untuk perkembangan," sambungnya.

Kekalahan dari Belgia yang telah menghabiskan sebagian besar tahun terakhir sebagai negara peringkat satu dunia, jauh lebih baik dari Jerman daripada kekalahan 6-0 dari Spanyol November 2020, atau kekalahan kandang melawan Makedonia Utara di kualifikasi Piala Dunia 2022.

Tetapi kapten Jerman, Joshua Kimmich, mengatakan banyak yang harus berubah dalam 15 bulan ke depan.

"Kali ini kami menyadari belum berada di level internasional teratas. Untungnya, kami masih punya sedikit waktu," ujarnya. ben/AFP/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top