Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Jerman Menyetujui Bantuan Kendaraan Tank Leopard 2 ke Ukraina

Foto : Istimewa

Pengiriman tank Leopard 2 dan ranpur M1 Abrams akan menjadi perubahan kebijakan yang signifikan bagi Washington dan Berlin.

A   A   A   Pengaturan Font

BERLIN - Jerman dan Amerika Serikat (AS) akan mengirim kendaraan tank utama ke Ukraina, menandai terobosan signifikan dalam upaya barat untuk mendukung perjuangan Kyiv melawan invasi Rusia.

Sejumlah sumber yang dikutip Financial Times pada Selasa (24/1) mengatakan, Jerman sedang bersiap akan mengirim tank Leopard 2, dan AS akan mengumumkan pengiriman tank M1 Abrams ke Ukraina. Namun mereka tidak akan mengkonfirmasi jumlah bantuan tersebut.

Keputusan untuk mengirim tank menandai perubahan kebijakan penting untuk Washington dan Berlin. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, telah lama ragu untuk memberi dukungan senjata berat kepada Ukraina, karena khawatir hal itu akan meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan
Pakta Pertahanan Atlantik Utara(North Atlantic Treaty Organization/ NATO).

Dia juga menekankan bahwa Jerman tidak akan pernah sendiri dalam melakukan pengiriman ke tank, bersikeras bahwa Berlin harus bertindak sejalan dengan sekutunya, terutama Washington. Sedangkan para pejabat AS meragukan perlunya mengirim tank Abrams karena itu dikhawatirkan akan menemui kendala logistik dan pelatihan.

Namun, desakan untuk bantuan tank menjadi tidak mungkin untuk diabaikan. Garis depan dalam perang hampir tidak bergerak dalam beberapa pekan terakhir dan Ukraina berpendapat, tank barat akan membantunya mendapatkan kembali inisiatif dan merebut kembali wilayah yang diduduki. Kyiv juga mengatakan, tank dibutuhkan untuk mencegah serangan baru Rusia yang diperkirakan akan terjadi pada awal musim semi.

Pemerintahan Presiden AS, Joe Biden, menghadapi tekanan yang semakin besar dari Partai Demokrat dan Partai Republik di Capitol Hill untuk mengirim Abrams dalam upaya mematahkan penolakan Jerman untuk mengirim tanknya sendiri. Namun Gedung Putih dan Pentagon menolak berkomentar.

Hubungan antara Berlin dan Washington menjadi tegang pekan lalu setelah sejumlah media melaporkan Scholz mengatakan bahwa Jerman tidak akan mengirim tank ke Ukraina kecuali AS melakukan hal yang sama. Pejabat Jerman kemudian membantah adanya "keterkaitan" semacam itu.

Namun, setelah diskusi intensif selama berhari-hari, AS dan Jerman sepakat untuk bertindak bersama-sama mengenai tank dan pengumuman dapat dilakukan paling cepat pada Rabu. Itu akan mencerminkan langkah serupa oleh kedua negara pada awal Januari, ketika mereka bersama-sama mengumumkan akan menyediakan kendaraan tempur infanteri ke Ukraina, Bradleys dari dan Jerman mengirim Marders.

Media Jerman, Spiegel Online, yang pertama kali melaporkan langkah tersebut, mengatakan, Berlin akan mengirim minimal satu kompi Leopard 2A6, biasanya berjumlah sekitar 14 tank. Tank tersebut adalah milik angkatan darat Jerman, Bundeswehr.

Berlin juga akan memberikan lampu hijau atas permintaan Warsawa untuk mengirim beberapa Tank Leopard milik Polandia ke Ukraina. Seorang pejabat senior Polandia mengkonfirmasi keputusan untuk mengizinkan ekspor Leopard 2 ke Ukraina.

"Saya sangat senang bahwa setelah semua keraguan dan penundaan, Jerman akhirnya membuat keputusan yang benar-benar bersejarah ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Melnyk, yang juga mantan duta besar untuk Jerman.


"Sekarang kami mendesak semua sekutu barat kami untuk membentuk koalisi tank yang kuat yang akan membantu kami mengusir penjajah Rusia di awal musim semi," ujarnya.

Sebelumnya pada Selasa, Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengatakan, negaranya "bersedia mempertimbangkan" untuk membeli 18 tank Leopard yang disewa dari Jerman dan memberikannya ke Ukraina. Namun, dia menekankan bahwa belum ada keputusan yang dibuat dan dia pertama-tama ingin mengetahui apa yang akan dilakukan Berlin.


Anton Hofreiter, anggota parlemen senior Jean yang sering menuduh Scholz terlalu berhati-hati dalam memasok senjata ke Ukraina, menyambut baik perkembangan tersebut. "Keputusannya datang terlambat tetapi tidak terlalu terlambat," katanya.

"Ini akan memungkinkan Ukraina mempertahankan diri secara efektif melawan invasi Rusia dan mendapatkan kembali kendali atas wilayahnya," terangnya.

"Dengan bersikeras bahwa AS dan Jerman bertindak bersama, kanselir telah memastikan bahwa mereka akan berbagi risiko", kata pengamat politik di Universitas Bundeswehr di Munich, Carlo Masala.

"Jika ada reaksi balik Rusia, Amerika akan terlibat dalam reaksi NATO karena mereka sendiri akan terkena dampak langsung," ujarnya.

Tekanan pada Scholz untuk memikirkan kembali kebijakan bantuan tank telah meningkat selama beberapa minggu terakhir.
Dia menanggung rentetan kritik dari sekutu Jerman, khususnya di Eropa timur dan Baltik, yang mendesaknya untuk menunjukkan kepemimpinan. Sementara Polandia sangat keras dalam masalah pengiriman senjata berat.

Tekanan juga datang dari mitra koalisi Scholz, Partai Hijau dan kubu liberal, yang mengkritiknya secara terbuka karena gagal menyetujui pasokan tank baik dari Bundeswehr maupun sekutu Jerman.

Sesaat sebelum berita tentang langkah Scholz pertama kali tersiar, Rusia memperingatkan konsekuensi yang tidak ditentukan jika barat menyediakan tank ke Ukraina.
"Langkah seperti itu pasti akan meninggalkan bekas yang tak terelakkan," kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, dikutip oleh Interfax.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Berbagai Sumber

Komentar

Komentar
()

Top