Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transisi Energi

Jerman Mengakhiri Penggunaan Reaktor Nuklir, Fokus ke EBT

Foto : FASSBENDER/AFP

Aktivis antinuklir melakukan aksi di depan pembangkit listrik tenaga nuklir Emsland di Jerman

A   A   A   Pengaturan Font

BERLIN - Jerman, pada Sabtu (15/4), mematikan tiga reaktor nuklir terakhirnya, keluar dari penggunaan tenaga atom karena akan mengalihkan fokusnya ke energi terbarukan (EBT).

Dilansir oleh France 24, sementara banyak negara Barat meningkatkan investasi mereka dalam energi atom untuk mengurangi emisi mereka, Jerman mengakhiri era nuklirnya lebih awal.

"Ini adalah akhir dari sebuah era," kata perusahaan energi RWE (Rheinisch-Westfälisches Elektrizitätswerk) dalam sebuah pernyataan tak lama setelah batas tengah malam, yang mengonfirmasi bahwa tiga reaktor telah diputus dari jaringan listrik.

Perekonomian terbesar Eropa itu telah berusaha untuk meninggalkan tenaga nuklir sejak 2002, tetapi penghentian itu dipercepat oleh mantan Kanselir Angela Merkel pada 2011 setelah bencana nuklir Fukushima di Jepang.

Keputusan keluar sangat populer di negara dengan gerakan anti-nuklir yang kuat, dipicu oleh ketakutan akan konflik Perang Dingin dan bencana atom seperti Chernobyl di Ukraina.

"Risiko tenaga nuklir pada akhirnya tidak dapat dikendalikan," kata Menteri Lingkungan Hidup, Steffi Lemke, yang minggu ini berkunjung ke fasilitas Jepang yang nahas itu, menjelang pertemuan G7 di negara itu.

Pesta Perayaan

Demonstran anti-nuklir turun ke jalan di beberapa kota Jerman untuk menandai penutupan tersebut. Greenpeace, penggerak utama gerakan anti-nuklir, mengadakan pesta perayaan di Gerbang Brandenburg di Berlin.

"Kami mengakhiri teknologi yang berbahaya, tidak berkelanjutan, dan mahal," kata politisi hijau yang juga anggota parlemen, Juergen Trittin.

Di depan Gerbang Brandenburg, para aktivis secara simbolis membunuh model dinosaurus.

Awalnya direncanakan untuk akhir tahun 2022, keluarnya Jerman dari nuklir ditunda karena pasokan gas Russia berkurang.

Jerman, penghasil emisi terbesar di Uni Eropa, juga menyalakan beberapa pembangkit berbahan bakar batu bara kapur barus untuk menutupi potensi celah yang ditinggalkan oleh gas. Situasi energi yang menantang telah meningkatkan seruan di dalam negeri untuk penundaan keluar dari nuklir.

"Jerman harus memperluas pasokan energi dan tidak membatasinya lebih jauh mengingat potensi kekurangan dan harga yang tinggi," kata Presiden Kamar Dagang Jerman, Peter Adrian, kepada harian Rheinische Post.

Friedrich Merz, pemimpin partai oposisi Persatuan Demokrat Kristen, mengatakan pengabaian tenaga nuklir adalah hasil dari "bias yang hampir fanatik".

Sementara itu, harian konservatif, Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), mengangkat tema itu menjadi tajuk utama edisi Sabtu, "Terima Kasih, Energi Nuklir" dengan mencantumkan manfaat nuklir yang telah membawa negara itu selama bertahun-tahun.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top