Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

Jawa Tengah Gencarkan Inovasi EBT untuk Sukseskan Transisi Energi

Foto : ANTARA/HO-HUMAS PEMPROV JATENG.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen.

A   A   A   Pengaturan Font

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menggencarkan berbagai inovasi energi baru terbarukan (EBT) di daerah-daerah untuk menyukseskan program transisi energi di Jateng. "Seluruh pihak perlu menyukseskan transisi energi untuk pembangunan daerah rendah karbon di Jateng," kata Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, di Kabupaten Magelang, Kamis (8/12).

Wagub menjelaskan pada sektor energi, pemerintah provinsi telah menetapkan Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Jateng. Dalam perda itu menekankan pada peran serta masyarakat dalam implementasi EBT melalui desa mandiri energi.

"Desa mandiri energi itu benar-benar memberikan solusi bagi semua, seperti desa di Kabupaten Magelang yang sudah dua tahun masyarakatnya tidak membeli gas elpiji. Bahkan di kantor desanya juga sudah mengembangkan PLTS. Itu juga kami kampanyekan untuk bagaimana masyarakat di Jateng menirunya," ujarnya.

Seperti dikutip dari Antara, Wagub menyebut tiga prinsip yang harus dilaksanakan dalam mengembangkan ekonomi hijau yakni mengembangkan industri di bidang EBT, mengelola sumber daya alam berkelanjutan, dan mengembangkan proses produksi ramah lingkungan.

Ia mencontohkan potensi yang dimiliki Desa Banyusidi Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, yang memiliki potensi energi terbarukan dengan memanfaatkan limbah hewan ternak.

Menurut Wagub, dengan adanya peternakan kambing milik desa yang terpusat, pembuangan limbah dapat dibuat komunal sehingga selain diolah menjadi pupuk, limbah kotoran kambing bisa dimanfaatkan menjadi biogas untuk keperluan memasak warga sekitar.

Kampanye Perubahan Energi

Kebutuhan energi di sektor kesehatan juga terus didorong, termasuk rumah sakit juga harus ikut andil dalam kampanye perubahan energi, seperti Rumah Sakit Jiwa dr Amino Gondohutomo Semarang yang telah meneguhkan diri menjadi pelopor rumah sakit hijau atau green hospital.

RSJD milik Provinsi Jateng itu telah memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di lingkungan rumah sakit sebagai sumber energi baru terbarukan. "Saat ini, kami punya harapan dan cita-cita untuk mengganti Bus TransJateng dengan bus berbahan bakar listrik. Kami sedang mendorong kendaraan dinas di OPD-OPD memakai mobil listrik yang ramah lingkungan," lata Wagub.

Sebelumnya, Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sarjiya, mengatakan salah satu strategi transisi energi yang efektif di sektor kelistrikan adalah melalui elektrifikasi yang bersumber dari EBT.

Sarjiya dalam keterangan tertulis menyebut strategi elektrifikasi penting untuk menciptakan lebih banyak permintaan terhadap energi listrik, sehingga peluang pasar untuk penggunaan EBT di sektor kelistrikan jadi lebih terbuka.

EBT di sektor kelistrikan saat ini, kata Sarjiya, sulit masuk ke masyarakat karena terlanjur biasa menggunakan energi fosil berupa BBM maupun LPG, di samping karena pasokan energi dari pembangkit listrik yang ada saat ini melebihi kapasitas dan tidak terserap optimal oleh masyarakat.

Elektrifikasi merupakan proses penggunaan energi listrik pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya tidak menggunakan listrik. Salah satu contohnya melalui transisi dari kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan listrik atau penggunaan kompor listrik sebagai pengganti kompor gas.

Dalam upaya Indonesia bebas emisi dengan pemanfaatan sumber energi listrik, Chairperson Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), Filda C Yusgiantoro, mengatakan realisasi kontribusi EBT dalam bauran energi nasional masih berada di bawah target yang telah ditetapkan berdasarkan RUEN.

Menurut dia, batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik masih mendominasi sebesar 66 persen, gas bumi 17 persen, dan EBT sebanyak 14 persen.

Sebelum pencapaian emisi nol karbon pada tahun 2060, diharapkan seluruh penyediaan listrik di Indonesia bisa bersumber dari EBT dan tidak lagi mengandalkan energi fosil sepenuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai melalui program percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), mempensiunkan PLTU hingga 2060 dengan beberapa regulasi, membangun penampungan energi dari EBT, serta melakukan program pengembangan hidrogen sebagai sumber energi bersih untuk sistem kelistrikan.

Founder & Principal Consultant CGEI Bambang Sriyono menyampaikan suatu tandon energi, yang perlu didukung dengan kecanggihan teknologi, modal, waktu, dengan memanfaatkan sumber energi listrik yang minim atau bahkan tanpa emisi di samping, masih ada keterbatasan pada kapasitas dan keluaran energi yang tidak selalu konstan.

Strategi elektrifikasi disebutkan memiliki tantangan baik teknis maupun non-teknis, seperti isu sosial dan politik. Pada transisi kompor LPG menuju kompor listrik misalnya, perlu dibuat produk kompor listrik yang kenyamanannya minimal setara dengan kompor LPG saat ini, baik dari aspek biaya maupun waktu yang diperlukan untuk memasak.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top