Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pembangunan Nasional

Jangan Terlena dengan Capaian saat Ini, Semester II Lebih Menantang

Foto : Sumber: BPS – Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah diingatkan untuk tidak terlena dengan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II yang sebesar 5,44 persen. Sebab, masalah terberat justru baru terjadi di semester II 2022. Diperkirakan, tekanan ekonomi global kian berat hingga awal tahun depan. Pemerintah tak boleh selamanya bergantung pada ekspor komoditas agar ekspor kian berkualitas.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, menjelaskan kenapa pertumbuhan kuartal II bisa lebih baik, itu karena tak telepas dari konteks pada kuartal II, mobilitas masyarakat diperlonggar terutama momentum seasonal Lebaran sudah diperbolehkan mudik.

"Itu yang paling berdampak signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga mencapai 5,51 persen. Indonesia masih diuntungkan oleh boom harga komoditas batu bara, nikel, dan perkebunan. Inflasi yang masih terjaga di kisaran 4,35 persen karena pengusaha masih tahan kenaikan harga di tingkat konsumen," ucap Bhima pad Koran Jakarta, Jumat (5/8).

Hal lainnya yang membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II lebih baik karena pemerintah masih menahan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan LPG 3 kilogram (kg), kontribusinya besar dalam mempertahankan daya beli kelompok menengah dan bawah.

Perbaiki Daya Beli

Pembayaran tunjangan hari raya (THR) swasta yang penuh juga turut andil dalam memperbaiki daya beli kelompok pekerja upahan. "Tetapi, kita tidak boleh terlena oleh pertumbuhan yang positif ini, tantangan di semester kedua jauh lebih berat," ujarnya.

Kenapa dikatakan lebih menantang, jelas Bhima, karena ada imported inflation sebagai efek dari mahalnya harga bahan baku, diperkirakan akan diteruskan ke konsumen. Konflik yang meluas bukan hanya Russia- Ukraina, tapi Tiongkok-Taiwan diperkirakan memperburuk rantai pasok dan menimbulkan pelemahan sisi investasi langsung.

Untuk kejar target pertumbuhan sepanjang 2022, pemerintah sebaiknya melakukan langkah mitigasi mulai dari menjaga stabilitas harga dan stok pangan, gelontorkan bantuan sosial setara masa pandemi serta mendorong industrialisasi di sektor potensial.

"Kurangi kebergantungan pada ekspor komoditas agar ekspor lebih berkualitas. Kemudian, tahan kenaikan harga energi melalui subsidi meski harus korbankan belanja lain seperti pemangkasan anggaran infrastruktur misalnya," ucap Bhima.

Sebagaimana diketahui, Kepala BPS, Margo Yuwono, melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen pada triwulan II-2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Dengan demikian, kinerja ekonomi triwulan II-2022 sudah lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Hal ini menandakan pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak triwulan II-2021 terus berlanjut dan semakin menguat.

"Pertumbuhan ekonomi tahun ini meningkat secara persisten. Polanya mulai dari triwulan II-2021, triwulan III-2021, triwulan IV-2021, triwulan I-2022, dan triwulan II-2022 sekarang ini terus mengalami pertumbuhan," sebut Margo, di Jakarta, Jumat (5/8).


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top