
Jangan Curiga, Justru Tiru Negara yang Terapkan Prokes Ketat

People hold placards up at a government detention centre where Serbia's tennis champion Novak Djokovic is reported to be staying in Melbourne on January 7, 2022, after Australia said it had cancelled the entry visa of Djokovic, opening the way to his detention and deportation in a dramatic reversal for the tennis world number one.
Kisah sedih yang dialami Djokovic ini harus menjadi pelajaran kita semua. Bahwa sebagai negara berdaulat, semua negara berhak membuat peraturan untuk melindungi warganya dari penularan Covid-19 seperti yang dilakukan Austrlia. Terlebih saat ini sedang merebak penularan varian omicron yang penularannya lebih cepat dari varian-varian yang ada sebelumnya.
Wajar jika keputusan untuk memberikan Djokovic pengecualian dari kewajiban vaksin memicu kritik tajam di Australia, di mana lebih dari 90 persen orang di atas 16 tahun telah mendapat dua dosis vaksin untuk melawan Covid-19.
Maka wajar pula jika pemerintah Inggris pada Maret 2021 lalu memaksa mundur pemain bulu tangkis Indonesia yang berlaga di kejuaraan All England karena dalam pesawat yang ditumpanginya terdapat penumpang yang positif Covid-19. Dan wajar juga jika empat pemain sepak bola Indonesia yang melanggar bubble system di turnamen sepak bola Piala AFF dilarang tampil di leg kedua babak final melawan Thailand.
Buang jauh-jauh dugaan bahwa pemerintah Inggris di turnamen All England dan langkah pemerintah Singapura di Piala AFF adalah bagian dari konspirasi untuk menggagalkan pemain atau tim Indonesia memenangi kejuaran. Justru Indonesia harus bisa meniru Inggris, Singapura, dan Australia yang menerapkan ketat protokol kesehatan guna melindungi warganya dari penularan Covid-19.
Redaktur : Koran Jakarta
Komentar
()Muat lainnya