Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Boris Johnson

Jago Memainkan Hati Publik demi Popularitas

Foto : AFP / Tolga AKMEN

Boris Johnson

A   A   A   Pengaturan Font

SOSOK Alexander Boris de Pfeffel Johnson kini menjadi perbincangan di Inggris setelah pria kelahiran 19 Juni 1964 itu meraih suara terbanyak dalam putaran pertama pemilihan pemimpin baru Partai Konservatif, pada Kamis (13/6). Mantan wali kota London itu digadang-gadang sebagai orang paling berpeluang menggantikan posisi Theresa May sebagai perdana menteri Inggris. Dia meraih 114 suara dari 313 suara yang diperebutkan.

Analis politik menyebut hanya blunder berskala besar yang mampu mengagalkan Boris untuk menjadi perdana menteri baru Inggris. Boris bersama lima kandidat lain yang meraih suara terbanyak selanjutnya akan menjalani pemilihan tahap kedua pada Selasa (18/6) mendatang. Dua kandidat peraih suara terbanyak dalam putaran kedua itu akan bersaing memperebutkan sekitar 160.00 suara dari anggota partai dan hasilnya diharapkan sudah akan diumumkan pada 22 Juli mendatang.

Meski menjadi unggulan, namun banyak pihak menilai Boris adalah sosok yang kontroversial. Dia juga dipandang sebagai antitesis dari Theresa May yang disebut banyak pihak terlalu lemah dan tidak tegas dalam bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk kesepakatan Brexit. Salah satu janji kampanye yang paling kerap disuarakan Boris adalah membawa keluar Inggris dari Uni Eropa, dengan maupun tanpa kesepakatan.

Majunya Boris sebagai salah satu kandidat pemimpin Partai Konservatif yang akan menempati jabatan perdana menteri Inggris memang menuai pro dan kontra. Pihak yang mendukung menilai politisi berusia 54 tahun ini adalah sosok yang paling tepat untuk memimpin Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Pemilih akar rumput Partai Konservatif menyukai pembawaan Boris yang kharismatik, humoris, sekaligus santai. Karakter itulah yang selalu membuatnya unggul telak di sejumlah survei. Bahkan survei terbaru dari Conservative Home menunjukkan sebesar 54 persen responden menginginkan Boris menjadi perdana menteri.

Akan tetapi tidak sedikit juga yang mengaku khawatir apabila nantinya Boris benar akan memegang kunci 10 Downing Street. Salah satu yang mengungkapkan kekhawatiran itu adalah Kenneth Clarke, anggota parlemen paling senior dari Partai Konservatif. Kenneth menyebut sebagian besar koleganya dari Partai Konservatif sangat cemas bila Boris terpilih. Bahkan Kenneth menyebut Boris tidak tahu apa yang dia ingin lakukan bila nantinya menjabat sebagai perdana menteri.

"Sebagian sangat khawatir dengan kemungkinan dia (Boris) menjadi perdana menteri. Ini bukan reality show. Kita tidak memilih pemenang kontes, yang kita bahas adalah pemerintahan dan kebijakan," ujar Kenneth.

Para kritikus menyindir Boris sebagai sosok yang hanya tahu bagaimana memainkan hati publik demi meningkatkan popularitasnya. Dengan gaya rambutnya yang kerap acak-acakan dan cara berpakaian yang tidak rapi, kerap membuat dia dibandingkan dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Selain itu, sosok yang menghabiskan masa mudanya sebagai jurnalis ini juga kerap dikecam sebagai oportunis politik yang hanya menginginkan kekuasaan. AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top