Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan Ekonomi I Pada 2018, Luas Lahan Turun Jadi 7,1 Juta Ha dari 7,75 Juta Ha

Jaga Asa Sektor Pertanian

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sektor pertanian memang masih tumbuh positif di saat sektor lainnya terkontraksi selama pandemi Covid-19 ini. Sayangnya, di negara agraris, pengembangan sektor pertanian dinilai belum optimal. Karena itu, pemerintah harus menyiapkan sejumlah langkah strategis agar sektor ini terus tumbuh dan kuat sehingga bisa menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi ke depan.

Pengamat Ekonomi, Rusli Abdullah, menyebutkan dua isu utama yang perlu menjadi perhatian pemerintah meliputi soal lahan dan sumber daya manusia (SDM) pertanian. Menurutnya, dua masalah ini sangat penting bagi keberlanjutan sektor pertanian ke depannya.

Areal pertanian yang kian menyempit dikhawatirkan dapat mengurangi produktivitas. Salah satu alasannya karena banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke sektor lainnya, seperti perumahan.

"Itukan domain di daerah. Memang itu lahan milik petani sendiri, tetapi mestinya pemda (pemerintah daerah) bisa bantu agar diberikan insentif bagi petani yang kelola lahannya. Sehingga kendati rugi selama panen, namun tetap dapat insentif," ungkap Rusli, di Jakarta, Kamis (6/8).

Menurut Rusli, apabila tidak diberi insentif maka petani ketika rugi dengan mudah saja menjual lahan sawahnya. "Karena apa gunanya mengelola kalau tetap rugi?" tandasnya.

Rusli juga mengatakan insentif pemerintah selama ini banyak yang tidak menyentuh petani. "Contohnya pupuk, itu kan diberi ke perusahaan pupuk, tidak langsung ke petani," tukasnya.

Belum lama ini, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, akan memidanakan orang atau pejabat yang memberi izin alih fungsi lahan pertanian berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Menanggapi itu, Rusli merespons positif.

Namun, dia menegaskan kembali lagi bahwa kewenangan itu adanya di daerah. Gagasan itu juga tidak boleh berdiri sendiri, namun harus didukung dengan insentif.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan baku sawah terus menurun. Pada 2018, luasnya sekitar 7,1 juta hektar. Luas itu turun dibandingkan 2017 yang masih menyentuh 7,75 juta hektar.

Pembangunan SDM


Adapun terkait SDM, dijelaskan Rusli, saat ini rata-rata usia petani RI di atas 45 tahun. Tentu kondisi ini tidak menguntungkan bagi keberlanjutan sektor pertanian ke depannya. Untuk itu, perlu ada gerakan pemberdayaan petani milenial. Namun, itu tidak boleh hanya sebatas pelatihan saja.

Ke depan pemerintah harus bantu petani milenial ini hingga mereka temukan pasarnya. "Dampingi dan beri bantuan. Jika tidak dibantu maka tak ada lagi petani ke depannya. Ini juga mengancam ketahanan pangan kita," tukas dia.

Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah, menilai pemerintah harus terus meningkatkan kualitas SDM pertanian. "Pembangunan SDM juga harus berubah, tidak lagi mengandalkan kelompok tani yang selama ini gagal," tambah Ruli.

Seperti diketahui, BPS melaporkan PDB sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 yang terkontraksi sebesar 4,19 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) dan 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019 (yoy).

Pada periode April-Juni 2020, PDB pertanian tercatat tumbuh 16,24 persen (qtq) dan 2,19 persen (yoy). Pertumbuhan PDB sektor pertanian ditopang subsektor tanaman pangan yang tumbuh paling tinggi yakni sebesar 9,23 persen.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top