Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penegakan Hukum

Jadi Mata-mata Tiongkok di AS, Warga Singapura Dituntut 10 Tahun

Foto : JIM WATSON / AFP

Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat, John Demers

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Seorang warga negara Singapura yang tinggal di Washington DC, Jun Wei Yeo, dituntut hukuman penjara 10 tahun di Amerika Serikat (AS) setelah ia mengaku bersalah menjadi agen intelijen ilegal untuk Tiongkok.

Jun Wei Yeo, yang juga dikenal dengan nama lain Dickson Yeo, telah bekerja untuk intelijen Tiongkok selama lima tahun.

"Pemerintah Tiongkok menggunakan serangkaian duplikasi untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang Amerika yang tidak menaruh curiga," kata Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat, John Demers, dalam sebuah pernyataan, Sabtu, pekan lalu.

AS sedang gencar-gencarnya menangkapi orang-orang yang bekerja untuk kepentingan pemerintahan Tiongkok di AS. Pada Jumat pekan lalu, seorang ilmuwan yang memiliki hubungan militer dengan Tiongkok ditangkap setelah menyerahkan diri kepada pihak berwenang AS. Penangkapan itu menyusul penutupan Konsulat Tiongkok di Houston, yang dikaitkan Washington dengan operasi spionase dan pencurian hak kekayaan intelektual. Langkah itu memicu reaksi Beijing. Beijing pun membalas dengan memerintahkan penutupan Konsulat AS di Chengdu, yang juga dituduh sebagai pusat operasi mata-mata.

Menurut jaksa penuntut, Yeo direkrut oleh intelijen Tiongkok saat perjalanannya ke Beijing sekitar 2015. Saat itu, Yoe sedang belajar untuk program doktor dari Universitas Nasional Singapura. Dia ditawari uang sebagai ganti laporan politik dan informasi, dan kemudian diminta menandatangani kontrak dengan militer Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Yeo bertemu dengan para mentor intelijennya puluhan kali, dan ketika melakukan perjalanan ke Tiongkok, dia melalui jalur khusus bea cukai dan dibawa ke kantor terpisah untuk masuk ke negara itu. Yeo mengatakan kepada jaksa penuntut, ia masuk ke Tiongkok tanpa lewat jalur bea cukai untuk menyembunyikannya identitas ketika ia bepergian ke Tiongkok.

Konsultan Palsu

Yeo membuat perusahaan konsultan palsu menggunakan nama dari sebuah perusahaan konsultan terkenal. Dia memasang iklan lowongan pekerjaan dan mendapatkan 90 pesen resume dari personel militer AS yang memiliki akses keamanan tingkat tinggi. Satu orang yang ia rekrut dengan cara ini adalah seorang warga sipil yang bekerja untuk Angkatan Udara AS dalam program pesawat militer F- 35B. Orang itu mengalami masalah keuangan, dan Yeo menugaskan mereka untuk menulis laporan untuknya.

"Dia lalu menyerahkan resume para pelamar pekerjaan itu kepada seorang agen intelijen Tiongkok," kata Kementerian Kehakiman AS, Sabtu (25/7).

Yeo pindah ke AS sekitar Januari 2019. Pemberi tugas meminta Yeo tidak berkomunikasi dengan mereka karena takut intersepsi. Ketika dia harus menghubungi, Yeo disuruh melakukannya dari sebuah kedai kopi lokal. Tidak dijelaskan bagaimana dan kapan Yeo ditangkap. Dia akan dijatuhi hukuman pada bulan Oktober, dan menghadapi tuntutan 10 tahun penjara. n AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top