Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jabeur Siap Rebut Gelar Wimbledon

Foto : afp/SEBASTIEN BOZON

Tatjana Maria

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Ons Jabeur mengatakan bahwa tekadnya menorehkan sejarah melaju untuk meraih gelar Wimbledon telah ungkap 12 bulan lalu. Saat itu, dia mengatakan kepada tim pelatihnya, "Saya kembali untuk meraih gelar."

Jabeur menjadi wanita Afrika pertama yang mencapai final Grand Slam di era modern usai mengalahkan teman dekatnya, Tatjana Maria, 6-2, 3-6, 6-1 di semifinal yang berlangsung Kamis (7/7) waktu setempat. Dia akan menghadapi Elena Rybakina, petenis kelahiran Russia, sekarang mewakili Kazakhstan, untuk merebut gelar pada hari Sabtu.

Dua belas bulan lalu, Jabeur, 27, melaju ke perempat final untuk pertama kalinya, kalah dari Aryna Sabalenka. Namun dalam perjalanannya saat itu, Jabeur mengalahkan juara lima kali Venus Williams, pemenang 2017 Garbine Muguruza, serta petenis nomor satu saat ini, Iga Swiatek.

Sebelumnya, dia tidak pernah melewati putaran kedua All England Club dan laju kali ini membuatnya lebih optimistis. "Tidak bohong, mimpi itu dimulai tahun lalu ketika saya menikmati bermain di sini, menikmati penontonnya," ujar petenis nomor dua dunia itu.

"Saya tidak bermain terlalu banyak di Wimbledon sebelumnya. Biasanya itu hanya pada babak pertama dan kedua. Sulit di lapangan rumput, tapi kini saya tahu bermain bagus di lapangan rumput," sambungnya. Melanie Maillard, pelatih mentalnya mengingatkan di perempat final. Kemudian, dia mengatakan kepadanya, "Saya akan kembali tahun depan untuk meraih gelar," tandasnya.

Jabeur melaju melalui empat putaran pertama di Wimbledon tahun ini dengan mudah. Dia membutuhkan tiga set untuk mengalahkan Marie Bouzkova dan tiga set lagi untuk mengalahkan Maria. Dia melaju ke final kali ini setelah tersingkir pada babak pertama Prancis Open Mei lalu. Jabeur telah menjadi salah satu favorit untuk merebut gelar di Paris setelah memenangkan turnamen lapangan tanah liat Madrid diikuti menempati runner-up, kalah dari Swiatek di Roma.

Usai mengalami kekecewaan di Ibu Kota Prancis dia kembali ke jalur juara. "Saya memiliki tim yang hebat. Meskipun terkadang, saya tidak akan berbohong, tidak akan pernah berhasil merebut gelar Grand Slam atau final Grand Slam," ucap Jabeur. Dia harus mengingatkan diri sendiri mengapa mulai bermain tenis. Segera setelah itu termotivasi untuk terus melangkah.

Di sisi lain, petenis Russia dan Belarusia dilarang mengikuti turnamen tahun ini setelah invasi ke Ukraina. Tetapi, akan ada kehadiran Russia di final setelah Rybakina, yang bermain pada final Grand Slam pertamanya, beralih kewarganegaraan ke Kazakhstan pada 2018.

"Saya sangat senang mewakili Kazakhstan. Mereka percaya pada saya. Tidak ada lagi pertanyaan tentang perasaan saya," ujar petenis berusia 23 tahun itu. "Sudah lama perjalanan saya sebagai petenis Kazakh. Saya bermain Olimpiade, Piala Fed," sambungnya. Rybakina belum pernah melewati perempat final Grand Slam sebelum Wimbledon tahun ini. Tapi, lapangan rumput Wimbledon adalah platform yang sempurna untuk permainannya.

Dia telah mencatatkan 49 ace sejauh ini dan memiliki servis tercepat kedua di bagian putri dengan kecepatan 122 mil (196 kilometer) per jam. Pertandingan hari Sabtu memunculkan bentrokan dua gaya permainan tenis yang sangat berbeda. Pukulan dan permainan ritme Jabeur menghadapi kekuatan fisik Rybakina.

"Dia bukan seseorang yang banyak berteriak untuk setiap poin. Saya menghormati itu tentang dia," ujar Jabeur. "Saya tahu dia orang yang sangat pemalu, bahkan di luar lapangan. Mungkin saya yang akan berteriak pada hari Sabtu," sambungnya. ben/AFP/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top