ITS Kembangkan Mesin Penanam Padi Otomatis
Dikembangkan ITS I Mesin penanam padi otomatis yang dikembangkan tim Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Foto: istimewaNasi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga produksi beras harus terus ditingkatkan guna mencapai ketahanan pangan. Berangkat dari hal tersebut, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil mengombinasikan sistem penanaman padi jajar legowo dengan pengembangan mesin penanam padi (transplanter) otomatis.
Salah satu anggota tim Abmas ITS, Liza Rusdiyana, menjelaskan penanaman padi di Indonesia masih mengandalkan tenaga manusia yang memiliki banyak kekurangan. Mulai dari upah tenaga kerja yang tinggi, hingga hasil penanaman yang kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan adanya otomasi dalam proses penanaman padi.
Transplanter dapat menanam padi dengan sistem jajar legowo 2:1. Sistem penanaman ini berfokus pada peningkatan hasil produksi padi dengan memberikan efek tanaman pinggir. "Kalau menanam padi itu, yang pinggir pasti akan banyak padinya. Karena sirkulasi udara dan intensitas cahaya mataharinya bagus," tutur Liza di Surabaya, Rabu (15/12).
Berdasarkan uji coba dengan sistem jajar legowo 2:1 yang telah diterapkan oleh Komunitas Petani Nahdlatul Ulama (NU) cabang Jatirejo, Mojokerto, Liza menyebutkan jika terdapat peningkatan panen padi sebesar 40 persen. Dalam penanaman padi seluas seperempat hektare, jumlah panen padinya mampu bertambah sebanyak tiga hingga empat kuintal.
Lebih Teratur
Liza menyebutkan hal ini juga disebabkan karena berkurangnya hama tikus dan pemberian pupuk, pembuangan gulma, serta perawatan yang mudah. "Dengan menggunakan jajar legowo 2:1, tanaman lebih teratur, sehingga tikus jadi jarang dan perawatannya mudah sekali," ungkapnya.
Menurut Liza, transplanter yang beredar di pasaran memiliki dimensi yang besar sehingga sangat sulit digunakan di sawah yang berada di daerah lereng. Sistem penanamannya pun masih menggunakan jajar legowo 4:1. Sedangkan transplanter yang sudah diusung sejak tahun 2020 ini memiliki dimensi yang lebih kecil, sehingga bisa digunakan di sawah yang berliku-liku. Selain itu, dimensi yang kecil juga membuat mesin ini tidak mudah ambles di tanah sawah yang becek.
Saat ini, transplanter ini sedang dalam tahap pengembangan untuk dapat dioperasikan secara otomatis menggunakan pengendali jarak jauh untuk mengurangi jumlah tenaga kerja.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Sosialisasikan Hasil COP29 Sembari Meluncurkan RBC-4
- 2 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 3 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 4 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 5 Jika Alih Fungsi Lahan Pertanian Tak Disetop, Indonesia Berisiko Krisis Pangan
Berita Terkini
- Jungkook BTS, Seventeen, dan Stray Kids Raih Penghargaan di BBMA 2024
- Gencarkan Pelestarian Lingkungan, OIKN Tanam 600 Bibit Pohon di Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara
- Menko Muhaimin Berharap Gotong Royong Harus Jadi Semangat Program JKN
- Pola Hidup Sehat Jadi Kunci Memiliki Kulit Cerah
- Bea Cukai Jayapura harap Border Trade Fair Rl-PNG tingkatkan ekspor