Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Perang

Israel-Hamas Sepakat Gencatan Senjata dan Setuju Pembebasan Sandera

Foto : ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP

Presiden AS, Joe Biden

A   A   A   Pengaturan Font

YERUSALEM - Israel dan Hamas, pada Rabu (22/11), mengumumkan kesepakatan yang memungkinkan sedikitnya 50 warga Israel yang disandera dan sejumlah tahanan Palestina dibebaskan, sekaligus menawarkan gencatan senjata empat hari kepada penduduk Gaza yang terkepung setelah berminggu-minggu perang habis-habisan.

Dikutip dari France 24, salam terobosan diplomatik besar pertama dalam perang tersebut, militan Palestina akan membebaskan 50 wanita dan anak-anak yang diculik dalam serangan tanggal 7 Oktober dalam gencatan senjata empat hari.

Setelah berminggu-minggu perundingan yang ditengahi Qatar, kabinet Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyetujui perjanjian gencatan senjata pada Rabu setelah pertemuan hampir sepanjang malam. "Ini adalah keputusan yang sulit, namun merupakan keputusan yang tepat," katanya kepada para menteri.

Persetujuan kabinet adalah salah satu hambatan terakhir setelah apa yang digambarkan oleh seorang pejabat Amerika Serikat sebagai perundingan selama lima minggu yang sangat menyiksa.

Orang-orang bersenjata Hamas melancarkan serangan lintas batas pada tanggal 7 Oktober, yang terburuk dalam sejarah Israel, yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya juga menyandera sekitar 240 warga Israel dan orang asing, di antaranya adalah orang tua dan anak-anak. Israel menyatakan perang terhadap Hamas, bersumpah untuk membawa pulang para sandera dan menghancurkan kelompok militan itu.

Jeda Serangan Udara

Israel mengatakan untuk memfasilitasi pembebasan sandera, pihaknya akan memulai "jeda" selama empat hari dalam serangan udara, darat dan laut yang telah berlangsung selama enam minggu di Gaza, sementara Israel menekankan perjanjian tersebut tidak berarti akhir dari perang.

"Untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, akan ada jeda satu hari tambahan, kata pemerintah Israel.

Sumber dari Hamas dan Jihad Islam, kelompok militan lain yang ambil bagian dalam serangan 7 Oktober, sebelumnya mengatakan gencatan senjata akan mencakup gencatan senjata di darat dan penghentian operasi udara Israel di Gaza selatan.

Seorang pejabat senior AS mengatakan tiga orang Amerika, termasuk Abigail Mor Idan, yang berusia tiga tahun, termasuk di antara 50 orang yang akan dibebaskan secara bertahap mulai Kamis.

"Sangat bersyukur beberapa dari jiwa-jiwa pemberani ini akan bersatu kembali dengan keluarga mereka setelah kesepakatan ini diterapkan sepenuhnya," kata Presiden AS, Joe Biden.

Kementerian Luar Negeri Qatar mengonfirmasi kesepakatan tersebut, dengan mengatakan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara Israel akan dibebaskan sebagai ganti para sandera.

"Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang," kata kementerian.

Kesepakatan itu disambut oleh negara-negara termasuk Inggris, Tiongkok, Mesir, Prancis, dan Jerman, di mana Menlu, Annalena Baerbock, memuji "terobosan" itu. "Jeda kemanusiaan harus digunakan untuk memberikan bantuan penting kepada masyarakat di Gaza," katanya.

Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang berhaluan garis keras mengisyaratkan, dia akan memberikan suara menentang perjanjian tersebut, dengan mengatakan perjanjian itu harus mencakup pembebasan tentara Israel yang juga diambil oleh Hamas.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top