Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Konversi Energi I Indonesia Setujui Jalur Kabel EBT Bawah Laut Australia-Singapura

Ironis jika RI Impor Energi Tenaga Surya dari Australia

Foto : ANTARA/DEDHEZ ANGGARA

PEMBANGUNAN EBT LAMBAT I Petani membersihkan permukaan panel surya di area lahan tumpang sari miliknya di Kelurahan Karanganyar, Indramayu, Jawa Barat. Energi Baru dan Terbarukan (EBT), termasuk energi tenaga surya, tiap tahun selalu masuk dalam program pemerintah tetapi realisasi pembangunannya sangat lambat.

A   A   A   Pengaturan Font

Hal yang perlu dilakukan adalah lebih serius melakukan transformasi energi terutama ke EBT dan mulai meninggalkan pembangunan pembangkit listrik tenaga diesel yang berbasis energi kotor khususnya batu bara.

"Pemerintah mestinya berpihak ke pemanfaatan energi dalam negeri. Bukan justru impor. Sebab kalau tidak, kapan sumber EBT kita yang melimpah ini termanfaatkan," pungkas Ferdinand.

Sementara itu, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi mengatakan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang sudah disetujui, porsi pengembangan EBT ke depan mencapai 51,6 persen, sedangkan energi fosil 48,4 persen.

Padahal, PLN sendiri menargetkan mencapai bauran energi EBT pada 2025 sebesar 23 persen dan pada 2020 lalu baru terealisasi 11,51 persen.

"PLN masih terus bangun PLTU batu bara mulai tahun ini sampai tahun depan. Ini buktinya kita bohong kepada dunia. Bagaimana dengan target EBT yang 23 persen. Semua sudah diumumkan tetapi tidak ada tindak lanjut. PLN malah menunjukkan bukti bahwa Indonesia menambah emisi karbon," kata Badiul.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top