Ironis jika RI Impor Energi Tenaga Surya dari Australia
PEMBANGUNAN EBT LAMBAT I Petani membersihkan permukaan panel surya di area lahan tumpang sari miliknya di Kelurahan Karanganyar, Indramayu, Jawa Barat. Energi Baru dan Terbarukan (EBT), termasuk energi tenaga surya, tiap tahun selalu masuk dalam program pemerintah tetapi realisasi pembangunannya sangat lambat.
Singapura saat ini sangat bergantung pada gas untuk pembangkit listrik, terutama pipa gas dari Indonesia dan semakin banyak pada impor gas alam cair (LNG).
"Transisi energi yang signifikan sedang berlangsung di Indo-Pasifik dan pangsa energi yang dihasilkan oleh listrik tumbuh dengan cepat. Di Asia Tenggara, permintaan energi tumbuh rata-rata 6 persen per tahun dan diperkirakan akan tumbuh 60 persen pada 2040," kata Sun Cable.
Australia sendiri memiliki sumber daya surya per kapita tertinggi di G20 dan tertinggi kedua di dunia. "Ada peluang unik untuk mengekspor energi terbarukan dalam jumlah besar, mendukung kebutuhan energi regional dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi," tutur Sun Cable.
Rencana pembangunan jaringan EBT bawah laut yang melintasi perairan Indonesia itu oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan menggoda pemerintah yang akhirnya juga mengimpor energi yang sama dari Australia.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya