Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ini Kisah Menegangkan Mayor Penerbang TNI AU Saat Mengevakuasi WNI dari Afghanistan

Foto : Istimewa

Mayor Pnb Mulyo Hadi dan Letkol Pnb Ludwig Bayu, Penerbang TNI AU yang terlibat langsung dalam misi evakuasi WNI dari Afghanistan.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Para WNI yang tinggal di Afghanistan akhirnya berhasil dievakuasi dari negara tersebut paska Taliban menguasai Ibukota Kabul. Ada kisah menegangkan di balik evakuasi WNI dari Afghanistan.

Kisah ini dituturkan langsung, Mayor Pnb Mulyo Hadi, salah seorang penerbang Skadron Udara 17 yang mengawaki pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400. Seperti diketahui, mengutip keterangan Dispen TNI AU (Dispenau), pesawat itulah yang kemarin menjemput WNI dari Afghanistan.

Kata Mayor Pnb Mulyo, merupakan kebanggaan bagi dia dan seluruh awak pesawat Skadron Udara 17 yang dipercaya mengemban tugas negara di tengah situasi Afghanistan yang memanas. Ia bersyukur dan bangga, tugas negara yang diemban bisa dilaksanakan dengan sukses.

Menurut Dispen TNI AU, Mayor Pnb Mulyo Hadi bersama Letkol Pnb Ludwig Bayu, beserta 10 awak pesawat lainnya, tuntas menunaikan tugas negara mengevakuasi WNI yang berada di Afganistan.

Mayor Mulyo sendiri bercerita detik-detik menegangkan saat ia dapat perintah untuk terbang ke Afghanistan mengevakuasi WNI dari sana. Katanya, perintah datang pada tanggal 16 Agustus 2021 malam. Dirinya diperintahkan menyiapkan rencana pergerakan pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17 yang akan diberangkatkan ke Afghanistan.

"Kami menerima perintah tersebut pada hari Senin, 16 Agustus 2021 malam pukul 21.00 WIB, dan Rengerak (Rencana Pergerakan) diselesaikan malam itu juga sekira pukul 02.00 WIB," katanya.

Hari berikutnya, lanjut Mayor Mulyo, yakni pada hari Selasa (17/8), personel yang telah ditunjuk menggelar rapat bersama dengan Satgas dan Tim Evakuasi lainnya di Hotel Westin. Pada rapat tersebut, diputuskan pesawat yang akan melaksanakan evakuasi berangkat ke Islamabad, Pakistan hari Rabu (18/8) pada pukul 06.00 WIB.

"Dipilihnya Islamabad sebagai Posko Aju proses evakuasi berdasarkan berbagai pertimbangan, khususnya faktor keamanan di Kabul, Afganistan. Sehingga pesawat Boeing 737-400 diberangkatkan ke Islamabad sebelum melaksanakan evakuasi ke Bandara Karzai International, Kabul, Afghanistan," tuturnya.

Kata Mayor Mulyo, hanya dalam waktu yang relatif singkat, para awak pesawat menyiapkan kelengkapan pesawat. Lalu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan Kementerian Luar Negeri. Termasuk mengajukan flight clearance sesuai dengan rute penerbangan. Koordinasi dengan Atase Pertahanan RI yang berada di tiap-tiap negara yang akan dilalui, selama penerbangan menuju Islamabad, Pakistan juga dilakukan.

"Dengan waktu yang sangat terbatas, penyiapan tersebut dilaksanakan kurang dari 1 malam, sehingga dengan data-data yang ada, kami menyiapkan penerbangan semaksimal mungkin, agar misi terlaksana dengan aman dan selamat," kata lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 2008 tersebut.

Mayor Mulyo pun kembali melanjutkan ceritanya. Kata dia, sesuai perencanaan yang telah dibuat, tepat pada pukul 06.00 WIB, pesawat TNI AU Boeing 737-400 dengan callsign "Kencana Zero Four" lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Pesawatmembawa Satgas dan Tim Evakuasi.

Pesawat pun langsung terbang menuju Islamabad menempuh waktu penerbangan selama 17 Jam. Ada pun rute yang dilalui melalui Banda Aceh, Colombo (Srilangka), Karachi (Pakistan) dan mendarat di Islamabad (Pakistan) pada pukul 15.13 UTC atau pukul 20.13 waktu Islamabad.

"Setelah mendarat di Islamabad, diputuskan untuk menginap sembari memantau perkembangan situasi di Bandara Hamid Kanzai International, Kabul, Afganistan, sebelum melaksanakan proses evakuasi WNI di sana," katanya.

Selama di Islamabad, kata dia, seluruh awak pesawat terus memonitor perkembangan situasi dan kondisi di sekitar landasan di Bandara Hamid Kanzai International, Kabul. Terutama eskalasi kerumunan massa yang dapat mengganggu jalannya pendaratan di sana.

"Hambatan yang dihadapi terutama adalah data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Kanzai International, serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu. Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sudah sampai di Islamabad, sehingga keputusan dari pihak Kemenlu menunda penjemputan selama 1-2 hari," ungkapnya.

Pada hari Jumat dini hari (20/8), kata Mayor Mulyo, didapat data-data lengkap tentang kondisi Bandara Hamid Kanzai International, Kabul bisa didarati. Maka diputuskan pesawat terbang dari Islamabad. Keputusan ini diambil dengan harapan kondisi bandara sepi dan tidak ada eskalasi massa.

"Pesawat Boeing 737-400 pun lepas landas dari Islamabad pada pukul 04.33 dini hari waktu setempat menuju Bandara Hamid Kanzai International, Kabul Afghanistan," ujarnya.

Mayor Mulyo juga mengungkapkan tantangan lain yang dihadapi para awak pesawat. Tantangan itu adalah kondisi bandara Bandara Hamid Kanzai International yang dikelilingi pegunungan dan banyaknya fasilitas bandara yang tidak berfungsi secara optimal.

"Saat pelaksanaan evakuasi, medan Afghanistan yang merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan elevasi runway 5.877 feet di atas permukaan laut, ditambah fasilitas nav aid bandara (ILS, VOR), night facilities dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal, mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan yang sangat berat saat approach ke Bandara Hamid Kanzai International" urai Mayor Mulyo.

Tantangan lain, kata dia, adalah saat mengidentifikasi runway, karena matahari belum terbit dan lampu runway tidak menyala seluruhnya. Maka, prosedur approach yang secara visual dan menghindari pegunungan, membuat landing di Kabul menjadi tantangan yang paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305.

"Setelah mendarat di Bandara Hamid Kanzai International, Kabul, proses evakuasipun segera dilaksanakan, karena keterbatasan waktu yang diberikan NATO, selaku otoritas di bandara Kabul saat ini," ujarnya.

Sekitar 2 jam, lanjut Mayor Mulyo, seluruh proses boarding WNI selesai dilaksanakan. Tapi, tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut ke dalam pesawat. Sebab, ada keterbatasan kapasitas pesawat,

"Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya hand luggage saja, sehingga kami memohon maaf kepada WNI dan WNA yang kami evakuasi, karena koper-kopernya tidak semuanya bisa dibawa ke dalam pesawat," ujar Mayor Mulyo.

Akhirnya, kata dia, pesawat Boeing 737-400 berhasil mengevakuasi 26 WNI dan 7 warga non WNI dari Bandara Hamid Kanzai International, Kabul pada pukul 02.19 UTC menuju Islamabad. Dari Islamabad, pesawat lepas landas pada pukul 23.33 UTC. Lalu melanjukan penerbangan menuju Tanah Air melalui, Karachi, Colombo, Banda Aceh.

"Pada pukul 03.05 WIB Pesawat Boeing 737-400 mendarat sempurna di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta," katanya.

Kedatangan pesawat TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma itu sendiri telah ditunggu oleh para pejabat, di antaranya Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, dan sejumlah pejabat TNI dan pejabat Kementerian Luar Negeri RI lainnya.

Usai mendarat di Halim, terpancar raut wajah bangga dari seluruh awak pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17, meskipun mereka telah melaksanakan tugas negara hampir 72 jam dengan berbagai tantangan dan hambatan yang dilalui.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top