Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Ini Dampak Ekologis Aktivitas Antropogenik di DAS Citarum Sesuai Temuan BRIN

Foto : antarafoto

Ilustrasi DAS Citarum di Jawa Barat.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan penelitian terkait dampak ekologis terhadap aktivitas antropogenik yang ada pada daerah aliran sungai atau DAS Citarum di Jawa Barat (Jabar).

Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Jojok Sudarso, mengatakan aktivitas antropogenik yang bersumber dari industri, pertanian, perkebunan hingga urbanisasi punya pengaruh terhadap struktur dan fungsi komunitas biota akuatik pada ekosistem sungai.

"Hal ini biasanya dicirikan dengan adanya perubahan pada kekayaan taksa dan komposisi, terhadap polutan, atribut populasi maupun fungsional feeding," kata Jojok di Jakarta, Jumat (17/3).

Ia mengungkapkan perubahan struktur dan fungsi biota akuatik itu menjadi bioindikator untuk mengetahui status integritas ekologi dari suatu perairan.

Awalnya, DAS Citarum tercatat ada 27 spesies ikan. Namun, jumlah spesies ikan itu menurun menjadi sembilan spesies berdasarkan pendataan pada tahun 2007 lalu.

"Adanya pengayaan organik dan perubahan yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik di sepanjang gradien Sungai Citarum dapat berkontribusi pada perubahan komunitas bentik makrovertebrata," ujar Jojok.

Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Hidayat, menyampaikan bahwa Sungai Citarum adalah sungai strategis nasional yang beberapa yang sempat menjadi isu diskusi yang negatif beberapa tahun lalu, karena dianggap sebagai sungai yang paling kotor di dunia.

Hal itu diperkuat dengan pengaruh media dengan adanya tayangan dokumenter dan juga riset yang sangat detil tentang pengujian kualitas air yang menghasilkan pengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum.

"Peraturan itu merupakan suatu langkah yang besar yang bisa kita lihat sekarang efeknya dengan melibatkan banyak pihak, sehingga bisa diuji bandingkan dari sebelum adanya Perpres ini dan kemudian setelahnya, sehingga saat ini kita lihat adanya aktifitas perbaikan di beberapa lokasi DAS Citarum," kata Hidayat.

BRIN mengembangkan program Decision Support System (DSS) untuk pengendalian kerusakan lahan dan pencemaran sungai dengan studi kasus daerah aliran sungai di bagian hulu Citarum.

DSS itu punya manfaat sebagai media bantu dalam pembuatan desain strategi dan rencana teknis pengelolaan sumber daya air dan ekosistem perairan melalui tata kelola dan perbaikan respon hidrologi DAS baik secara kualitas maupun kuantitas.

BRIN mengharapkan pengembangan DSS bisa bermanfaat atau mendukung smart watershed management karena arah pengelolaan DAS ke depan berbasis smart system yang mengintegrasikan dengan sistem informasi, internet, dan sebagainya.

Saat ini purwarupa DSS versi 1.0 yang terdiri dari Decision Support Tool (DST) respon hidrologi, erosi dan transportasi sedimen telah dibangun dan diuji tingkat performanya di DAS Citarum Hulu.

Sistem tersebut dapat dipergunakan untuk keperluan penyedia data respon hidrologi, laju net erosi dan produksi sedimen di lokasi internal DAS yang tidak mempunyai instrumen pengukuran.

Tak hanya itu, sistem tersebut juga dapat dipergunakan untuk pemahaman mekanisme proses hidrologi, erosi dan transformasi sedimen, serta keperluan evaluasi, prediksi dan proyeksi, termasuk juga penentuan area prioritas penanganan dan desain strategi pengendalian erosi dan sedimentasi.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top