Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Inflasi Parah Sebabkan Krisis Ekonomi pada Abad Ketiga

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Salah urus negara yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi pernah terjadi di era kuno. Krisis yang disebabkan oleh kebijakan memberi gaji tinggi tentara demi mempertahankan kekuasaan, menyebabkan inflasi yang berdampak pada krisis politik dan sosial.

Salah satu krisis ekonomi parah adalah Krisis Abad Ketiga (The Crisis of the Third Century) atau dengan nama lain Krisis Kekaisaran (Imperial Crisis) yang dilatarbelakangi oleh terjadi pergantian kekuasaan secara cepat.

Terjadi antara 235-284 M, krisis ini menyebabkan Kekaisaran Romawi terpecah menjadi tiga entitas politik yang terpisah seperti Kekaisaran Galia, Kekaisaran Romawi, dan Kekaisaran Palmyrene.

Kerajaan-kerajaan yang memisahkan diri ini, serta gejolak dan kekacauan sosial yang menjadi ciri periode tersebut, diakibatkan oleh sejumlah faktor. Pertama pergeseran paradigma kepemimpinan setelah pembunuhan Kaisar Alexander Severus (222-235 M) pada 235 M oleh pasukan sendiri.

"Faktor selanjutnya adalah partisipasi militer dalam politik, kurangnya kepatuhan terhadap kebijakan suksesi kaisar yang jelas, inflasi dan depresi ekonomi yang disebabkan oleh devaluasi mata uang di bawah Dinasti Severan," kata profesor filsafat paruh waktu di Marist College, New York, Joshua J Mark, yang pernah tinggal di Yunani dan Jerman.

Peningkatan tekanan pada kaisar untuk mempertahankan provinsi dari suku-suku yang menyerang, wabah yang meningkatkan ketakutan, serta komunitas yang tidak stabil, semua itu menyebabkan kebutuhan pasukan yang lebih besar sehingga mengurangi tenaga kerja pria di sektor pertanian.

Setelah terbunuhnya Kaisar Alexander Severus, ada lebih dari 20 kaisar naik dan turun dalam waktu hanya 50 tahun antara 235-284 M. Ini sangat jauh berbeda saat 26 kaisar yang memerintah dari zaman Kaisar Augustus (27 SM - 14 M) hingga Kaisar Severus , 27 SM - 235 M, yang membutuhkan kurun waktu 250 tahun.

Permulaan krisis ketika Septimus Severus (193-211 M) yang mendirikan Dinasti Severan, memulai kebijakan menenangkan militer dan membeli kesetiaan mereka melalui kenaikan gaji dan tindakan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya inflasi yang hebat.

Severus menaikkan gaji seorang prajurit dari 300 menjadi 500 dinar per tahun, yang sudah lama tertunda. Ia juga memperbesar angkatan bersenjata untuk menghadapi tantangan dari luar perbatasan yang sekarang dihadapi Roma.

"Untuk membayar tentaranya, ia merendahkan mata uang dengan menambahkan lebih sedikit logam mulia ke dalam koin. Meskipun kemerosotan awal ini tidak menyebabkan masalah ekonomi, hal itu menjadi preseden bagi kaisar-kaisar selanjutnya untuk melakukan hal yang sama," tulis Mark pada laman World History.

Selanjutnya, dengan bermain di militer, Severus melemahkan kedudukan tradisional dari peran kaisar dan membuat posisi bergantung pada kesetiaan tentara. Meskipun kaisar selalu mengandalkan dukungan militer sampai tingkat tertentu, pendekatan militer oleh kaisar menjadi jauh lebih nyata.

Meskipun di seluruh Dinasti Severan bahaya pergeseran model tradisional ini di mana kaisar adalah yang tertinggi dengan hak suksesi tidak menimbulkan gonjang-ganjing, namun semua itu kemudian menjadi masalah yang nyata setelah kematian Severus, kaisar terakhir di dinasti tersebut.

Sepanjang hidupnya, Alexander Severus didominasi oleh ibunya, Julia Mamaea, dan neneknya, Julia Maesa, yang mengarahkannya sejak awal pemerintahannya sebagai anak muda. Terlepas dari sejumlah kebijakan positif yang dimulai, dia tidak pernah bisa melepaskan diri dari cengkeraman ibunya dan ini pada akhirnya akan menyebabkan kejatuhannya.

Mamaea sendiri sudah tidak populer di kalangan pasukan karena pemotongan gaji yang dimulainya untuk menghemat uang untuk keperluannya sendiri. Di bawah pengawasan ibunya, Alexander terlihat seperti boneka yang berakibat pasukan tentara kehilangan rasa hormat kepadanya, dan penghinaan terakhir datang pada kampanye melawan suku-suku Jerman.

Dia mengikuti nasihat ibunya untuk membayar lawan-lawannya demi perdamaian daripada melibatkan mereka dalam pertempuran. Sementara ibunya menganggap pilihan itu sebagai yang paling bijaksana. Sementara keputusan Severus untuk mengikuti nasihat ibunya, dianggap tidak terhormat dan pengecut oleh pasukannya.

Kaisar Barak

Akhirnya Severus dan ibunya sama-sama dibunuh oleh komandannya. Prajurit Thracian Maximinus Thrax (235-238 M) kemudian mengambil alih dan menjadi yang pertama dari apa yang disebut "Kaisar Barak" yang akan datang dan pergi dengan cepat selama krisis 49 tahun ke depan.

Kaisar Barak adalah istilah yang diciptakan oleh sejarawan kemudian mengacu pada kaisar Romawi yang berasal dan diangkat ke tampuk kekuasaan oleh tentara. Sedangkan di masa lalu, seorang kaisar berkuasa melalui sistem suksesi baik sebagai putra atau pewaris dari kaisar yang sedang menjabat.

Namun sejak kematian Alexander Severus, kaisar dipilih oleh militer berdasarkan popularitasnya dengan pasukan, kemurahan hati terhadap militer, dan kemampuannya untuk meraih hasil yang langsung dan bisa dilihat. Ketika salah satu dari kriteria ini mengecewakan, maka kaisar dibunuh dan digantikan oleh yang lain. hay/I-1

Restorasi Aurelian Mengakhiri Dominasi Politik Militer

Era Kaisar Barak (the Barracks Emperors) dengan cepat mengganti 20 kaisar naik dan turun dalam waktu hanya 50 tahun antara 235-284 M. Oleh Kaisar Aurelian yang bernama Lucius Domitius, pergantian kaisar seperti ini dicoba untuk dipulihkan melalui Restorasi Aurelian dengan beberapa strategi.

Aurelian yang berasal dari militer, dapat menguasai tentara. Ia seorang komandan kavaleri di bawah Gallienus dan seorang pemimpin yang populer dan cakap. Dia terlibat dalam konspirasi untuk membunuh Kaisar Gallienus (253-268 M). Tetapi sebelum dia bisa mengambil alih kekuasaan, Claudius Gothicus telah merebut takhta lalu menjadi kaisar, dan kemudian diganti dengan Kaisar Quintillus (270 M).

"Aurelian kemungkinan besar menyingkirkan Quintillus dan didukung oleh tentara dalam kudetanya. Dia telah membuktikan dirinya sebagai komandan yang luar biasa dan kejam dan antara 270-272 M. Hal ini meningkatkan reputasinya dengan kampanye melawan orang barbar Vandal, Alamanni, Juthungi, dan Goth," tulis profesor filsafat paruh waktu di Marist College, New York, Joshua J Mark, di laman World History.

Aurelian berhasil menguasai militer. Setelah berhasil mengamankan perbatasan kekaisaran dari orang-orang barbar, dia mengalihkan perhatiannya ke timur dan berbaris menuju di Zenobia. Aurelian adalah seorang tentara, bukan politisi, dan oleh karena itu tidak tertarik pada motif Zenobia untuk merebut Mesir atau tindakannya yang diduga dilakukan untuk mengabdi pada Roma.

Saat memasuki wilayahnya, dia menerapkan kebijakan bumi hangus dengan menghancurkan setiap kota yang dia datangi sampai mencapai pinggiran Tyana. Namun di sini, Aurelian menyelamatkan kota dan memberi belas kasihan. Berita tentang belas kasihannya menyebar dengan cepat, kota-kota lain di wilayah itu membuka gerbang kepadanya tanpa perlawanan.

Zenobia mengumpulkan pasukannya di bawah komando jenderalnya yang brilian, Zabdas, dan bertemu Aurelian di Pertempuran Immae pada tahun 272 M. Aurelian memerintahkan kavalerinya untuk menyerang dan kemudian mundur seolah-olah dalam kekalahan, memaksa kavaleri lawan untuk mengejar.

Strategi Aurelian adalah untuk memikat lawan-lawannya ke dalam jebakan dengan membuat mereka lelah dan membawa mereka ke tempat pertempuran yang dipilihnya sendiri. Pasukannya berperang persis seperti yang direncanakan. Pasukan Romawi berputar dan melaju ke Palmyrene yang maju dalam gerakan menjepit yang melumpuhkan pasukan mereka dan membunuh sebagian besar dari mereka.

Zenobia dan Zabdas lolos dari pertempuran, berkumpul kembali, dan bertempur lagi di Pertempuran Emesa di mana Aurelian kembali menang menggunakan strategi yang persis sama. Zabdas mungkin terbunuh (dia tidak disebutkan lagi), dan Zenobia ditawan oleh Aurelian. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top