Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

Inflasi Masih Jadi Isu Utama bagi Usaha Kecil di Amerika Serikat pada Juli 2024

Foto : AFP/FREDERIC J. BROWN

Warga berbelanja di supermarket, di Montebello, California, beberapa waktu lalu. Inflasi masih menjadi isu utama di kalangan pemilik usaha kecil di AS pada Juli 2024

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK CITY - Menurut sebuah survei baru-baru ini, inflasi masih menjadi isu utama di kalangan pemilik usaha kecil di Amerika Serikat (AS) pada Juli 2024, kendati optimisme sedikit meningkat.

Survei yang dirilis oleh National Federation of Independent Businesses (NFIB) pada Selasa (13/8) menunjukkan sekitar 25 persen pemilik usaha kecil mengungkapkan bahwa inflasi merupakan satu-satunya masalah terpenting mereka dalam menjalankan bisnis bulan lalu, naik empat poin persentase dari Juni. Sementara itu, para pemilik usaha kecil mengaku merasa sedikit lebih optimistis terhadap perekonomian.

Seperti dikutip dari Antara, Indeks Optimisme Usaha Kecil (Small Business Optimism Index) naik 2,2 poin menjadi 93,7 pada Juli. Ini menjadi angka tertinggi sejak Februari 2022, tetapi masih berada di bawah angka rata-rata 50 tahun yang sebesar 98.

Pada basis penyesuaian musiman, 38 persen pemilik usaha melaporkan lowongan pekerjaan yang tidak dapat mereka isi pada Juli, naik satu poin persentase dari Juni.

Di antara para pemilik usaha yang merekrut atau mencoba merekrut pegawai pada Juli, 86 persen melaporkan hanya sedikit atau bahkan tidak ada pelamar yang memenuhi syarat untuk posisi yang dibutuhkan.

"Terlepas dari peningkatan optimisme ini, jalan ke depan tetap sulit bagi para pemilik usaha kecil di negara tersebut," ujar Bill Dunkelberg, Kepala Ekonom NFIB, dalam sebuah rilis pers.

Biaya Tenaga Kerja

Menurut Dunkelberg, tekanan biaya, terutama biaya tenaga kerja, terus mengganggu operasi usaha kecil, yang berdampak pada laba bersih mereka.

"Para pemilik usaha menghadapi bulan-bulan yang tidak dapat diprediksi di masa mendatang, tanpa mengetahui bagaimana kondisi ekonomi atau kebijakan pemerintah di masa depan akan berdampak pada mereka," kata Dunkelberg.

Dikutip dari Yahoo News, laporan indeks harga produsen atau producer price index (PPI) membantu para pedagang melupakan kekalahan menyakitkan hari Senin lalu dan mengalihkan fokus ke angka inflasi konsumen yang akan dirilis hari ini, serta penjualan eceran pada hari Kamis.

Aksi jual minggu lalu terjadi akibat kegagalan besar dalam penciptaan lapangan kerja di AS, yang memicu kekhawatiran bahwa ekonomi utama dunia itu sedang menuju resesi, tetapi data yang kuat pada sektor jasa dan tunjangan pengangguran memberikan sejumlah kepastian yang sangat dibutuhkan.

Angka PPI yang menunjukkan inflasi pabrik semakin mendekati target dua persen Fed menambah suasana hati yang membaik karena hal ini menunjukkan bank sentral berada di jalur yang tepat untuk memberikan "pendaratan lunak" ekonomi.

Para pembuat kebijakan moneter diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mereka di bulan September, dengan beberapa pengamat memperkirakan sebanyak 50, diikuti oleh setidaknya satu pemangkasan lagi sebelum bulan Desember.

"Dengan prospek siklus pelonggaran Fed yang akan segera terjadi, rilis data utama AS menjadi pusat perhatian dan menjelang rilis CPI (consumer price index) AS, PPI AS yang lebih rendah dari perkiraan untuk bulan Juli diperlakukan sebagai berita baik oleh pasar," kata Rodrigo Catril dari National Australia Bank.

"Yang lebih penting lagi, barang-barang yang masuk ke dalam ukuran inflasi pilihan Fed (pengeluaran konsumsi pribadi inti), seperti biaya perawatan dokter, perawatan rawat jalan di rumah sakit, dan tiket pesawat tetap stabil hingga menurun," tambahnya.

Meski demikian, kepala the Fed Atlanta, Raphael Bostic, memperingatkan dia masih ingin melihat lebih banyak data positif untuk merasa yakin ia dapat menyetujui penurunan suku bunga, tetapi menambahkan ia kemungkinan akan siap "pada akhir tahun".

Wall Street berakhir naik tajam, dengan Nasdaq melonjak lebih dari dua persen karena reli saham-saham teknologi raksasa termasuk Amazon, Nvidia dan Apple, yang anjlok awal bulan ini karena kekhawatiran lonjakan mereka tahun ini mungkin berlebihan. Dan sebagian besar Asia mengambil alih tongkat estafet pada hari Rabu.

Tokyo berayun sebelum berakhir di wilayah positif setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai pemimpin partainya bulan depan, yang akan mengakhiri masa jabatan perdana menterinya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top