Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Fluktuasi Harga

Inflasi Lampaui Batas Atas, BI Tidak Terburu-buru Naikkan Suku Bunga

Foto : Sumber: Bank Indonesia - KORAN JAKARTA/ONES/AND
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan BI 7 days Reverse Repo Rate, meskipun inflasi secara tahunan sudah melampui batas atas target yang ditetapkan bank sentral sebelumnya yakni 2 ±1 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Jumat (1/7), mengatakan pertimbangan otoritas moneter tidak terburu-buru melakukan penyesuaian suku bunga karena inflasi inti saat ini masih rendah.

Inflasi inti Juni 2022 yang baru saja diumumkan pagi tadi tercatat masih rendah, yakni 2,63 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy), begitu pula inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) yakni 5,3 persen (yoy). "Inflasi inti yang rendah memberikan suatu ruang fleksibilitas bagi kami untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan," papar Perry.

Dia mengakui bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2022 secara tahunan memang meningkat menjadi 4,35 persen (yoy). Peningkatan inflasi IHK secara tahunan tersebut disebabkan oleh komponen inflasi bahan makanan yang cenderung meningkat belakangan ini.

Perry dalam kesempatan itu menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan DPR karena telah menyetujui kenaikan subsidi sehingga mendukung pengendalian inflasi, terutama inflasi harga yang diatur pemerintah.

"Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi yang bergejolak," tegasnya.

Sebab itu, kebijakan moneter akan tetap diarahkan untuk stabilitas perekonomian, sementara kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran akan tetap diarahkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Hambat Investasi

Guru Besar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, yang diminta pendapatnya mengatakan keputusan bank sentral yang tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunga acuan sudah benar karena akan berisiko menghambat investasi.

"Itu sudah benar, selain Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang masih tumbuh, dengan menaikkan suku bunga acuan akan mendorong opportunity cost of capital yang akan menghambat investasi," kata Wibisono.

Padahal investasi sangat diperlukan untuk terus berproduksi, dengan harapan menjaga ketercukupan suplai barang, sehingga dapat meredakan inflasi. Selain itu, yang diperlukan untuk menekan inflasi adalah meningkatkan produktivitas sektor kehutanan, perikanan, dan pertanian.

Badan Pusat Statistik (BPS), pada Jumat (1/7), melaporkan inflasi pada Juni tercatat 0,61 persen, dan secara tahunan tercatat 4,35 persen. Inflasi pada Juni itu merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017 yang tercatat 4,37 persen.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan komoditas yang memberi andil terbesar inflasi Juni 2022 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan kontribusi 0,47 persen. Kelompok ini mengalami peningkatan harga 1,77 persen secara bulanan dan naik 8,26 persen secara tahunan.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top