Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Industri Halal RI Pasar Potensial bagi Bank Syariah

Foto : Istimewa

Webinar bertajuk “Peluang dan Tantangan Bisnis Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN.”

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah terus bergeliat seiring penerapan gaya hidup halal yang mulai digandrungi masyarakat.

Di tanah air, industri halal menyimpan potensi sangat besar yang mana pada 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia telah mencapai 3 Miliar dollar AS dengan tren yang meningkat.

Tak jauh beda, geliat sektor keuangan syariah juga semakin berkembang. Bahkan, keuangan syariah terbukti kebal terhadap dampak pandemi Covid-19. Hingga Desember 2020, aset Aset keuangan syariah mencapai 1.770,3 triliun rupiah, tumbuh tinggi sebesar 21,48 persen dimana sebelumnya ialah 13,84 persen di tahun 2019.

Sementara pembiayaan bank umum syariah tumbuh 9,5 persen secara year on year, jauh lebih tinggi dibandingkan bank konvensional yang terkontraksi -2,41 persen. Meskipun terbilang moncer, perkembangan industri keuangan syariah nyatanya masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mendukung pembiayaan industri halal Tanah Air

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, untuk meningkatkan capaian industri keuangan syariah di Indonesia dengan memaksimalkan potensi dimaksud, OJK memandang masih terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi ke depan.

Baca Juga :
Gandeng 17 Developer

Pertama, market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90 persen dari aset industri keuangan nasional. Kedua, Permodalan yang terbatas, yang mana masih terdapat enam Bank Syariah yang memiliki modal inti di bawah 2 triliun rupiah dari total 14 bank umum Syariah per Desember 2020.

"Literasi keuangan Syariah yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 8,93 persen, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03 persen. Sementara Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1 persen juga masih tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19 persen," ujar Wimboh dalam sambutannya pada Webinar bertajuk Peluang dan Tantangan Bisnis Perbankan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN di Jakarta pekan lalu.

Selain itu, sumber daya di industri keuangan syariah juga masih terbatas, produk dan layanan keuangan Syariah yang belum setara dibandingkan keuangan konvensional, dan rendahnya research and development dalam mengembangkan produk dan layanan syariah lebih inovatif.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, tujuan dibentuknya untuk menjadi bank syariah terbesar, menjadi barometer market di Indonesia dan memiliki daya saing global.

"Kami tampil inovatif dengan branding yang beda, lebih universal, friendly dan inklusif tidak hanya nonmilenial tapi juga milenial. BSI saat ini Ranking tujuh bank terbesar di Indonesia dan kami punya mimpi lima tahun ke depan masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia," ungkapnya.

Untuk mewujudkan mimpi itu, BSI punya punya aset hampir 240 triliun rupiah DPK 209,9 triliun rupiah, modal 21,74 trilliun rupiah dan kapitalisasi pasar per 9 Februari 2021 telah mencapai 117 triliun rupiah.

Baca Juga :
Dukung UMKM


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top