Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kendaraan Listrik | 2024, IBC Targetkan Produksi Sel Baterai 10 GWh Pertama untuk Otomotif

Industri Baterai Tekan Impor BBM

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah perlu mengakselerasi industri kendaraan listrik berbasis baterai. Selain menekan impor bahan bakar minyak (BBM), penggunaan kendaraan listrik dapat menekan emisi karbon untuk mencapai target netralitas emisi atau net zero emission (NZE) pada 2060.

Indonesia Battery Corporation (IBC) mengungkapkan potensi industri baterai di Indonesia dapat menghemat impor BBM sekitar hampir 30 juta barel per tahun. "Dari segi pengurangan impor bahan bakar maka kita dapat menghemat hampir 30 juta barel per tahun dengan menggunakan elektrik dibandingkan dari segi bahan bakar fosil," ujar Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (27/11).

Toto juga menambahkan potensi lainnya dari industri baterai listrik yakni dapat mengurangi emisi C02 di Indonesia sebanyak hampir sembilan juta ton per tahun. "Dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah sepakat untuk mengembangkan industri baterai sampai 2034," katanya.

Dalam peta jalan Kementerian BUMN terkait pengembangan ekosistem industri baterai, tahun depan IBC ditargetkan dapat memproduksi sel baterai sebesar 10 GWh pertama untuk otomotif, kemudian pengisian sekitar 5.000 stasiun penukaran baterai. "Intinya, kita bagaimana ingin mencapai 13 persen bauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2024," ujar Toto.

Sedangkan pada 2034, IBC ditargetkan sudah bisa memproduksi sel baterai sekitar 50 GWh yang ditujukan untuk kendaraan listrik roda dua dan roda empat, serta sistem penyimpanan energi atau energi storage system. "Energi storage system sangat penting untuk membantu terhadap pemanfaatan EBT," kata Toto.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan Indonesia dapat menjadi negara dengan industri baterai kendaraan listrik terbesar di dunia. Saat ini, tren industri otomotif global tengah mengarah ke pemanfaatan kendaraan dengan bahan bakar berbasis listrik di mana salah satu komponen penting yang dibutuhkan dalam produksi kendaraan listrik adalah baterai.

Bahan baku utama dari baterai kendaraan listrik adalah nikel, kobalt, mangan, dan litium. Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel sebanyak 25 persen dari total secara global.

Peluang Investasi

Sebelumnya, Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat dalam kurun waktu 2020 hingga 2023, Indonesia mampu mengumpulkan komitmen investasi sebesar 42 miliar dollar AS atau setara dengan 630 triliun rupiah pada ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/ EV).

"Atas pencapaian tersebut, kami masih terus masih membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dalam proyek baterai kendaraan listrik," ujar Menteri Investasi/ Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, beberapa waktu lalu.

Total komitmen tersebut berasal dari LG Energy Solution sebesar 9,8 miliar dollar AS, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dari Tiongkok sebesar 5,2 miliar dollar AS, Foxconn sebesar delapan miliar dollar AS. Kemudian, Indo-Pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC) sebesar sembilan miliar dollar AS, perusahaan kimia besar asal Jerman, BASF, sebesar 2,2-2,5 miliar dollar AS, Ford asal Amerika Serikat sekitar 4,5 miliar dollar AS, dan perusahan asal Jerman Volkswagen (VW) sekitar 2-3 miliar dollar AS.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top