Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Indonesia dan Australia Sepakati Pakta Pertahanan Baru

Foto : CNA/AAP Image/Lukas Coch via REUTERS

PM Australia Anthony Albanese berjabat tangan dengan Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto menjelang pertemuan di Gedung Parlemen di Canberra, Australia, 20 Agustus 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

CANBERRA - Australia dan Indonesia memperkuat pakta pertahanan baru yang bersejarah pada hari Selasa (20/8), menjanjikan kerja sama yang lebih erat di kawasan Asia-Pasifik.

Pakta yang mencakup ketentuan untuk latihan gabungan dan penempatan pasukan ke setiap negara tersebut diluncurkan dalam kunjungan menteri pertahanan Indonesia dan presiden terpilih Prabowo Subianto ke Canberra.

Prabowo akan mengambil alih tampuk kepemimpinan Indonesia pada tanggal 20 Oktober mendatang.

Berbicara usai bertemu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Prabowo mengatakan kesepakatan pertahanan tersebut merupakan "hasil yang sangat baik" yang akan "menguntungkan kedua negara di masa depan".

Selain pertahanan, Prabowo menyampaikan keinginannya untuk bekerja sama dengan Australia di bidang ekonomi, pertanian, ketahanan pangan, dan pemberantasan perdagangan narkoba internasional.

"Kami ingin melihat lebih banyak partisipasi Australia dalam perekonomian kami," kata Prabowo kepada wartawan di Gedung Parlemen Australia.

"Saya bertekad untuk melanjutkan hubungan bertetangga yang baik ini... Australia memainkan peran yang sangat penting bagi kami."

Sejak terpilih pada bulan Februari, mantan komandan pasukan khusus itu juga telah mengunjungi Tiongkok dan Jepang, menunjukkan minat yang lebih besar pada urusan luar negeri dibandingkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selama satu dekade masa jabatan Jokowi, ia tidak pernah menghadiri sidang umum PBB di New York, jarang berbicara bahasa asing dan sering dicela karena kurang berminat pada urusan luar negeri.

Pada hari Selasa, Prabowo mengatakan ingin mengikuti "kebijakan umum" pendahulunya, tetapi juga menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Canberra.

"Prabowo jauh lebih tertarik pada urusan internasional," kata Greg Raymond, pakar urusan luar negeri dari Universitas Nasional Australia.

"Ia akan berupaya membawa Indonesia ke dalam isu-isu internasional. Ia sangat percaya diri, berpengetahuan luas, dan merasa nyaman dalam lingkungan internasional."

Kapal Perang dan Diplomasi

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pakta pertahanan tersebut merupakan salah satu perjanjian paling signifikan yang pernah dinegosiasikan antara kedua negara.

Australia juga berharap mempererat hubungan erat karena kawasan ini dilanda persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Terpisah kurang dari 300 kilometer (186 mil) pada titik terdekatnya, Indonesia dan Australia telah memetakan arah yang berbeda saat menavigasi pergolakan geopolitik tersebut.

Canberra semakin dekat dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat, dengan memperkuat militernya dalam upaya menghalangi kekuatan Tiongkok yang sedang bangkit.

Sementara Jakarta menempuh jalur yang lebih netral, waspada untuk mendekat ke Washington dan tidak terlalu bersedia mengganggu Beijing.

Perjanjian pertahanan telah berlangsung sejak Februari tahun lalu, tetapi rinciannya masih dirahasiakan saat ini.

Para analis memperkirakan kerja sama maritim akan menjadi titik focus, topik hangat mengingat ketegangan yang belum terselesaikan di Laut Tiongkok Selatan.

"Ini lebih tentang pengaturan praktis, membuat latihan militer dan kerja sama menjadi lebih mudah," kata Raymond kepada AFP.

"Mungkin juga mencakup logistik. Jadi negara yang bepergian dapat menggunakan fasilitas, amunisi, dukungan logistik, dan hal-hal serupa milik negara lain."

Sementara itu, perdagangan antara Australia dan Indonesia tetap menjadi medan yang jauh lebih rumit.

Banjir nikel murah Indonesia mengancam akan menjatuhkan harga internasional dan hampir memusnahkan sektor Australia yang pernah menguntungkan.

Indonesia dan Australia adalah dua pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, dan keduanya ingin melepaskan ketergantungan ekonomi mereka pada bahan bakar fosil yang menimbulkan polusi.

Sementara nikel tetap menjadi titik ketegangan, ada area lain, seperti manufaktur kendaraan listrik, di mana peluang berlimpah.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top