Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Energi - Rencana Penghentian Impor LPG Diundur Menjadi 2030 dari Semula 2027

Impor LPG Makin Bebani APBN

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Meskipun memiliki cadangan gas alam mencapai 42,93 triliun kaki kubik (TCF), RI masih mengimpor enam juta ton LPG untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebesar 8,4 juta ton per tahun.

JAKARTA - Konversi liquid petroleum gas (LPG) ke kompor induksi atau listrik perlu dipercepat karena beban APBN kian berat menyusul tingginya nilai impor komoditas tersebut. Harga minyak dunia yang terus naik membuat harga acuan LPG yaitu CP Aramco terus naik.

Per Maret ini, harga CP Aramco sudah menyentuh di level 900 dollar AS per metrik ton. Padahal saat ini, 65 persen LPG yang digunakan berasal dari impor sehingga dapat meningkatkan defisit neraca perdagangan RI.

Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan dampaknya penggunaan dollar akan meningkat dan bisa menyebabkan mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang dollar. "Karena itu, penggunaan kompor induksi akan membantu pemerintah untuk mengurang impor LPG. Anggaran negara bisa lebih hemat," ungkapnya di Jakarta, Rabu (16/3).

Mamit menyampaikan impor LPG dari tahun ke tahun terus meningkat seiring kenaikan konsumsi. Pada 2024, impor LPG bisa mencapai 67,8 triliun rupiah. Selain untuk mengurangi impor, lanjutnya, konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang makin membengkak. Pada 2022, pemerintah menganggarkan 61 triliun rupiah untuk subsidi LPG dengan asumsi Indonesian Crude Price (ICP) sebesar 63 dollar AS per barel.

Per Februari 2022, ICP sudah menyentuh level 95,72 dollar AS per barel. Kenaikan ini akan berdampak terhadap beban subsidi LPG. Dengan kenaikan 1 dollar AS ICP, beban subsidi LPG akan meningkat sebesar 1,47 triliun rupiah. "Jadi, bisa dibayangkan berapa beban penambahan untuk subsidi LPG 3 kg saat ini," tegas Mamit.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top