Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kedaulatan Pangan - Akhir Januari, 500 Ribu Ton Beras Impor dari Thailand dan Vietnam Masuk

Impor Beras Ancam Produksi Petani

A   A   A   Pengaturan Font

Indikator kesejahteraan petani sudah memburuk sehingga masuknya beras impor akan semakin memperburuk kehidupan petani. Karena itu, pemerintah tidak boleh gegabah membuka keran impor.

JAKARTA - Pemerintah diminta tidak gegabah membuka keran impor beras. Pasalnya, impor beras akan mematikan hasil produksi petani yang akan dipanen dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun pemerintah optimistis beras impor akan masuk pada akhir Januari ini dan masih jauh dari waktu panen, hal itu sangat diragukan. Sebab, impor beras tidak semudah yang dibayangkan.

Peneliti Institute of Development for Economics and Finance (Indef), Bima Yudisthira, menegaskan rencana Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuka keran impor beras akan mengancam produksi padi pada 2018. Lahan sawah tak akan menarik untuk digarap karena pasar sudah tidak menguntungkan lagi bagi petani ketika menjual padi atau berasnya. "Imbasnya, kalau impor beras jelas akan merugikan petani. Sekarang di beberapa daerah mulai masa tanam, tapi pasar nanti diguyur beras impor. Jika demikian, mana ada petani yang mau tanam padi. Harga gabah dalam tiga bulan ke depan pasti jatuh di saat petani panen karena beras impor membanjiri pasar," tegasnya di Jakarta, Kamis (11/1).

Sebagai catatan, nilai tukar petani dalam setahun terakhir cenderung stagnan karena berada di kisaran 101-103. Sementara itu, upah buruh tani riil terus turun sehingga menunjukkan laju inflasi lebih tinggi ketimbang kenaikan pendapatan buruh tani. "Ini indikator kesejahteraan petani sudah memburuk. Apalagi beras impor masuk, tentu akan memperburuk kehidupan petani, karenanya pemerintah tidak boleh gegabah membuka kran impor," ujar Bima.

Stabilisasi Harga
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top