Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Industri Pengolahan - Hingga Kini, RI Baru Miliki Dua Fasilitas "Smelter" Bauksit

Impor Aluminium Masih Tinggi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dengan cadangan bauksit melimpah, seharusnya Indonesia tidak lagi mengimpor aluminium sehingga perlu dipacu hilirisasi di sektor tersebut.

JAKARTA - Indonesia merupakan satu dari enam produsen bauksit terbesar di dunia. Namun hingga saat ini, kebergantungan impor aluminium masih sangat tinggi dengan nilai sekitar 600 juta dollar AS per tahun.

Kondisi tersebut sangat disayangkan sebab bauksit menjadi bahan baku utama produksi aluminium. Jika bauksit diolah menjadi aluminium, nilai tambahnya mencapai 16 kali lipat. Sayangnya, RI masih gagal mendorong hilirisasi bauksit.

Jumlah fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di dalam negeri baru dua unit, jauh apabila dibandingkan smelter nikel yang terbilang cukup sukses karena sudah berjumlah sekitar 13. Setidaknya dibutuhkan hingga lima smelter untuk menyerap produksi bauksit dalam negeri.

Peneliti Energi Alpha Research Data Base, Ferdi Hasiman, menegaskan masalah utama masih sedikitnya smelter bauksit karena kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dalam menerapkan pelarangan ekspor mineral mentah. Menurut dia, jika amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba) dilaksanakan maka kebergantungan impor aluminium tidak akan terjadi lagi.

"Ini karena pemerintah tidak tegas. Aturannya buka-tutup. Ini kan tidak konsisten namanya," tegas Ferdi di Jakarta, Kamis (17/2).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top