Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
L embaga Internasional - Gopinath Dikenal sebagai Ahli Masalah Nilai Tukar

IMF Tunjuk Gopinath Jadi Kepala Ekonom

Foto : AFP/ERIC PIERMONT

Gita Gopinath

A   A   A   Pengaturan Font

Gopinath menilai krisis keuangan 10 tahun lalu disebabkan lingkungan suku bunga rendah telah melemahkan produktivitas sehingga menyebabkan salah alokasi sumber daya.

LONDON - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menunjuk Gita Gopinath sebagai kepala ekonom yang baru. Hal itu dilakukan kreditur internasional tersebut sebagai upaya untuk mempersiapkan langkah terkait gejolak nilai tukar dunia yang sedang berlangsung.

Profesor Gopinath, seperti dikutip Financial Times, Selasa (2/10), merupakan perempuan pertama di jabatan itu. Dia menggantikan pejabat sebelumnya, Maurice Obstfeld, yang memasuki masa pensiun. Sebagai seorang guru besar dari Universitas Harvard, Gopinath adalah seorang asisten redaktur di American Economic Review.

Bersama mantan kepala ekonom IMF, Kenneth Rogoff, dia juga menjabat sebagai asisten redaktur dari Handbook of International Economics. Atas penunjukan itu, IMF mengikuti langkah Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), dan Bank Dunia yang mendudukkan perempuan dalam jajaran posisi penting institusi.

Gopinath memegang dua status kewarganegaraan, Amerika Serikat (AS) dan India. Dia dibesarkan di India, dan menerima gelar PhD dari Universitas Princeton, lalu sempat mengajar di Universitas Chicago sebelum pindah ke Harvard. Gopinath dikenal ahli dalam masalah nilai tukar. Baru-baru ini dia menyampaikan sebuah pandangan soal keuntungan dari sistem nilai tukar fleksibel "yang lebih kecil dari perkiraan."

Pandangan ini berseberangan dengan IMF yang biasanya condong pada kebijakan itu. Gopinath menilai krisis keuangan 10 tahun yang lalu terjadi karena lingkungan suku bunga rendah telah melemahkan produktivitas sehingga menyebabkan salah alokasi sumber daya, dan dollar AS yang dominan dalam mendorong volume perdagangan.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top