Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Proyeksi 2021

IMF Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 5,9 Persen

Foto : ISTIMEWA

GITA GOPINATH Kepala Ekonom IMF - Bank-bank sentral harus siap untuk bertindak cepat jika risiko kenaikan ekspektasi inflasi menjadi lebih dalam pemulihan yang belum dipetakan ini.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF), pada Selasa (12/10), memangkas prospek pertumbuhan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara industri utama lainnya. Pemangkasan itu dilakukan karena gangguan rantai pasokan dan tekanan inflasi yang menghambat pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid-19.

Dalam Outlook Ekonomi Dunia, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global 2021 menjadi 5,9 persen dari proyeksi pada Juli lalu sekitar 6,0 persen. Pada 2022 mendatang lembaga multilateral tersebut mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 4,9 persen.

Menurut IMF, dinamika pandemi yang memburuk telah menggelapkan prospek ekonomi berkembang berpenghasilan rendah, sementara negara-negara kaya berjuang dengan gangguan pasokan.

IMF juga memperkirakan inflasi pada tahun depan akan kembali meningkat ke level sebelum pandemi.

Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, mengisyaratkan bahwa pemberi pinjaman global semakin khawatir tentang inflasi yang terus-menerus.

"Bank-bank sentral harus siap untuk bertindak cepat jika risiko kenaikan ekspektasi inflasi menjadi lebih dalam pemulihan yang belum dipetakan ini," kata Gopinath.

Para pembuat kebijakan harus "sangat waspada" karena tanda-tanda bahwa inflasi upah menyebar lebih luas dari sektor-sektor tertentu dan kenaikan harga perumahan berkontribusi pada penurunan ekspektasi inflasi.

Kendati demikian, dia memperingatkan agar tidak membandingkan dengan "stagflasi" gaya 1970-an, karena permintaan yang mendasarinya kuat, sedangkan masalah terutama di sisi penawaran.

Aktivitas manufaktur global telah dibanting oleh ketidaksesuaian dan kekurangan pasokan-permintaan komponen utama seperti semikonduktor, pelabuhan yang terhambat dan kurangnya kontainer kargo, dan krisis tenaga kerja karena rantai pasokan global yang dioptimalkan untuk efisiensi tetap berantakan setelah penutupan yang disebabkan oleh pandemi tahun lalu.

Amerika Serikat (AS), kata IMF, menerima beban terberat dari efek ini sehingga perkiraan pertumbuhan ekonominya direvisi turun 1 persen menjadi 6,0 persen dari sebelumnya 7,0 persen. Pertumbuhan bisa menyusut lebih dalam karena perkiraannya mengasumsikan Kongres AS yang terpecah akan menyetujui infrastruktur dan belanja sosial yang diusulkan Presiden Joe Biden senilai empat triliun dollar AS selama satu dekade.

Krisis Energi

Menanggapi revisi IMF, Direktur Celios, Bhima Yudisthira, mengatakan selain gangguan rantai pasok, pertimbangan menurunkan proyeksi ekonomi global karena krisis energi di Tiongkok, Eropa dan India yang mengerek harga komoditas energi maupun pangan. "Ini mengakibatkan pelemahan dari sektor industri manufaktur karena beberapa industri juga harus shut down karena kekurangan pasokan listrik," kata Bhima.

Gangguan rantai pasok dan krisis energi tambahnya pasti akan memperlambat pemulihan ekonomi sehingga tidak sesuai yang diharapkan.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top