Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyeksi Ekonomi

IMF Perkirakan Resesi Ekonomi Global pada 2023 Mendatang

Foto : FABRICE COFFRINI / AFP

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan prospek ekonomi global telah suram secara signifikan sejak April, sehingga lembaga tersebut tidak dapat mengesampingkan akan kemungkinan terjadi resesi ekonomi global tahun depan seiring dengan meningkatnya berbagai risiko.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan bahwa pihaknya dalam beberapa minggu mendatang akan mengevaluasi turun yang ketiga kalinya perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,6 persen.

Lembaga tersebut memperkirakan akan merilis perkiraan terbarunya untuk 2022 dan 2023 pada akhir Juli, setelah memangkas perkiraannya hampir satu poin persentase penuh pada April.

"Prospek sejak pembaruan terakhir kami pada April telah menjadi suram secara signifikan," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari Antara. Hal itu mengacu pada penyebaran inflasi yang lebih universal, kenaikan suku bunga yang lebih substansial, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan meningkatnya sanksi terhadap Russia karena perang di Ukraina.

"Kami berada di perairan yang sangat berombak," katanya. Ditanya apakah dia dapat mengesampingkan resesi global, dia berkata, "Risikonya telah meningkat sehingga kami tidak dapat mengesampingkannya,".

Mengalami Kontraksi

Data ekonomi baru-baru ini menunjukkan beberapa ekonomi besar, termasuk Tiongkok dan Russia, telah mengalami kontraksi pada kuartal kedua, dan risikonya tercatat lebih tinggi pada 2023.

"Ini akan menjadi 2022 yang sulit, tetapi mungkin bahkan 2023 yang lebih sulit," katanya. "Risiko resesi meningkat pada 2023".

Investor semakin khawatir tentang risiko resesi, setelah bagian penting dari kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS terbalik untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (6/7), yang menjadi indikator yang dapat diandalkan bahwa resesi kian dekat.

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, bulan lalu, mengatakan bank sentral AS tidak mencoba untuk merekayasa resesi, tetapi berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga-harga sekalipun hal itu berisiko penurunan ekonomi.

Georgieva mengatakan pengetatan kondisi keuangan yang lebih lama akan memperumit prospek ekonomi global, tetapi sangat penting untuk mengendalikan lonjakan harga-harga.

Prospek global sekarang lebih heterogen daripada hanya dua tahun lalu, dengan eksportir energi, termasuk Amerika Serikat, pada pijakan yang lebih baik, sementara importir sedang kesulitan.

"Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat merupakan "harga yang harus dibayar" mengingat kebutuhan urgen dan mendesak untuk memulihkan stabilitas harga," katanya.

Georgieva mengutip meningkatnya risiko divergensi antara kebijakan fiskal dan moneter, dan mendesak negara-negara untuk secara hati-hati mengkalibrasi tindakan tersebut guna mencegah kemungkinan dukungan fiskal yang merusak upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi.

"Kita perlu menciptakan tingkat koordinasi yang sama kuat antara bank sentral dan kementerian keuangan sehingga mereka memberikan dukungan dengan cara yang sangat tepat sasaran dan tidak melemahkan apa yang ingin dicapai oleh kebijakan moneter," pungkasnya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top