Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyek Strategis I RI Berpeluang Tetapkan Standar Pembangunan Masa Depan

IKN Berpeluang Jadi Kota Taman Hutan Terintegrasi Pertama

Foto : ANTARA/Sigid Kurniawan

Sidang kabinet pertama di IKN I Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (12/8). Sidang kabinet yang pertama kali diadakan di IKN tersebut membahas evaluasi pemerintahan pada tahun ini serta perencanaan tahun depan termasuk transisi pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka. Prabowo Subianto saat sidang kabinet juga menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan menuntaskan pembangunan IKN.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perwakilan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Marco Kamiya berpendapat Ibu Kota Nusantara (IKN) berpeluang dan akan menjadi kota taman hutan (forest-garden city) terintegrasi pertama.

"Saat ini ada peluang untuk membangun kota yang sepenuhnya mengintegrasikan hutan, taman, dengan lingkungan perkotaan. Belum ada yang pernah mencapai ini sebelumnya," kata Kamiya saat konferensi pers Bridge for Cities, di Jakarta, Senin (12/8).

Meski kota seperti Singapura dan Amsterdam telah menggabungkan taman dengan bangunan, lanjut dia, belum ada kota yang berhasil mengintegrasikan seluruh hutan ke dalam lingkungan perkotaan.

Seperti dikutip dari Antara, Kamiya mengatakan kondisi itu menjadi peluang bagi Indonesia untuk menetapkan standar baru bagi pembangunan masa depan.

"Kota-kota di masa depan tidak bisa lagi mengabaikan wilayah pedesaan dan hutan, harus ada cara untuk mengintegrasikan elemen-elemen alam ini," ujarnya.

Kamiya juga menyoroti peran penting dari transformasi digital. Teknologi dapat memberikan solusi untuk banyak tantangan perkotaan, terutama dalam hal keamanan. Transformasi digital ini juga menjadi salah satu peluang yang bisa dioptimalkan untuk pembangunan IKN.

Dia mencontohkan bantuan alat digital dan kecerdasan buatan dapat membantu kota-kota mengidentifikasi area yang kurang penerangan atau zona yang tidak aman, sehingga para pemangku kebijakan dapat menangani masalah ini secara proaktif.

"Untuk membangun kota masa depan, kita perlu mengintegrasikan tata letak perkotaan dengan alam. Ini adalah dua elemen penting yang harus menjadi perhatian," tuturnya.

Trilogi Perkotaan

Sementara itu, pakar arsitektur urban sekaligus pendiri dan presiden kehormatan Fundacion Metropoli, Alfonso Vegara mengatakan kesuksesan kota ditentukan oleh trilogi perkotaan (urban trilogy) yang terdiri dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

"Saya pikir agar sebuah kota bisa sukses, (kota) harus menghadapi sesuatu yang kita sebut trilogi perkotaan, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujar Alfonso.

Menurut Alfonso, pembangunan kota tidak hanya ditentukan oleh investasi guna meningkatkan daya saing ekonomi tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Begitu pula, bila pembangunan kota hanya menekankan hubungan dengan alam, karena berpotensi mengurangi lapangan kerja.

Saat ini, lanjut Alfonso, keseimbangan antara ketiga aspek tersebut sudah terlihat di berbagai wilayah, terutama terkait isu sosial yang semakin penting diperhatikan.

"Saya ingat beberapa dekade lalu, yang ditekankan adalah ekonomi, daya saing, kemudian lingkungan. Sekarang, yang lebih ditekankan adalah integrasi sosial. Jika memiliki integrasi sosial, mungkin bisa menghadapi isu keamanan dan kriminalitas dengan lebih baik," ucap Alfonso.

Dia juga menyampaikan berbagai tantangan yang berkaitan dengan perkotaan seperti masalah migrasi dapat ditangani pada skala kota.

Misalnya, persoalan migrasi yang meningkatkan kebutuhan pembukaan lapangan kerja lebih luas dan pendidikan untuk anak merupakan dua dari pelbagai masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek trilogi perkotaan. Penyelesaian problem semacam itu dinilai menyangkut dengan kebijakan pemangku kepentingan di tingkat kota.

Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi yang perlu diterapkan sesuai karakter setiap kota. Artinya, upaya membangun kota pintar (smart city) tidak hanya memberikan solusi teknologi yang sama untuk setiap kota, tetapi juga mempertimbangkan budaya dan kebutuhan masyarakat.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top