Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sentimen Pasar - Waspadai Asing Lakukan “Net Sell”

IHSG di Bawah Singapura dan Filipina

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) secara year to date (ytd) 2017 sebesar 9,14 persen menempati posisi ketiga di ASEAN. Posisi IHSG ini di bawah Singapore Times Index (STI) yang menempati posisi pertama dengan raihan 16,04 persen dan Philippine Stock Exchange (PSE) yang mencatat 15,5 persen.

Analis Pasardana, Beben Feri Wibowo, mengatakan kinerja IHSG pada hakikatnya sudah rebound sejak tahun 2016 atau pasca-tertekan di tahun 2015. Peristiwa tersebut tampaknya terjadi di STI (Singapura) dan PSE (Filipina) sehingga kinerja full year 2016, kedua indeks tersebut terlihat tidak begitu baik dengan mencatatkan kinerja minus Faktor lain yang membuat STI dan PSE lebih unggul dari IHSG, khususnya Singapura, disebabkan oleh kondisi pertumbuhan ekonomi yang mengalami perbaikan.

Pada kuartal IV-2016, ekonomi Singapura tumbuh mencapai 2,9 persen (year on year/yoy) dari semula 1,2 persen pada kuartal III-2016, meski turun di kuartal I-2017 menjadi 2,5 persen dan bertahan sampai dengan kuartal II-2017. Kinerja minus 2016 di tengah perbaikan ekonomi Singapura menjadi alasan kenapa kinerja indeksnya mencapai 16,25 persen per 2 Agustus 2017 (akselesrasi rebound lebih cepat).

Sementara itu, untuk Filipina lebih disebabkan momentum ketika kinerja indeks minus sehingga potensi rebound tinggi ditambah pertumbuhan ekonomi meski melambat, tapi terbilang cukup tinggi, per Maret 2017, pertumbuhan ekonomi (yoy) sebesar 6,4 persen. "Prediksi kami hingga akhir tahun ini, kinerja IHSG berada di kisaran 5.820-an atau tumbuh ± 10 persen dari penutupan 2016," ungkap Beben saat dihubungi, Kamis (3/8).

Dari sisi sentimen yang akan memengaruhi indeks hingga akhir tahun ini, Beben memaparkan dari dalam negeri, yaitu faktor musiman seperti Natal dan Tahun Baru, di samping adanya harapan pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur sehingga laju pertumbuhan ekonomi setidaknya bertahan di angka 5 persen dan harapan positif dari rilis laporan keuangan kuartal III-2017, serta window dressing akhir tahun.

Sementara itu, Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, menuturkan membaiknya pasar saham tidak lepas dari label investment grade Indonesia. Namun, pada perkembangannya terjadi aksi ambil untung (profit taking) dan balanced portfolio oleh investor asing, sehingga asing terus-menerus melakukan aksi jual (net sell). "Net sell asing yang terus-menerus ini yang menyebabkan indeks kita tidak terlalu bisa menguat. Kondisi inilah yang menyebabkan koreksi pada indeks domestik," tutur Hans.

Likuiditas Berkurang

Menurut Hans, ke depan, asing akan melakukan balancing portofolio karena mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR). Selain itu, hal yang lebih dikhawatirkan lagi adanya rebalancing portofolio The Fed yang mengurangi neracanya.

"Jadi, kalau mereka menjual bond akan terjadi penarikan dollar AS sehingga likuiditas berkurang. Ini yang menyebabkan orang yang mempunyai dana di luar negeri melakukan balancing portofolio untuk ditarik keluar," terang dia.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top