Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Iga Swiatek Torehkan Sejarah

Foto : THOMAS SAMSON/AFP

Iga Swiatek

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Petenis muda asal Polandia, Iga Swiatek, memenangi gelar tunggal Grand Slam pertama untuk negaranya. Swiatek mengalahkan unggulan keempat asal Amerika Serikat, Sofia Kenin, dengan 6-4, 6-1, Minggu (11/10) dini hari WIB, untuk menjadi juara Prancis Terbuka putri termuda sejak 1992.

Swiatek yang baru berusia 19 tahun berada di peringkat 54 WTA menjadi petenis dengan peringkat terendah yang berhasil merebut gelar Roland Garros di era modern.

"Pasti ada underdog lainnya yang memenangkan Grand Slam di bagian putri. Hal ini akan sering terjadi," ujar Swiatek. "Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ini luar biasa bagi saya, gila," sambungnya.

"Dua tahun lalu saya memenangkan Grand Slam junior (di Wimbledon) dan sekarang saya di sini. Rasanya seperti waktu yang singkat," sambungnya.

Swiatek adalah pemenang Prancis Terbuka putri termuda sejak Monica Seles mengangkat trofi saat berusia 18 tahun pada 1992. Dia adalah juara remaja pertama sejak Iva Majoli pada 1997.

"Ini gila bagi saya karena saya menyaksikan Rafael Nadal mengangkat trofi setiap tahun dan sekarang saya berada di tempat yang sama," jelas Swiatek, wanita pertama yang mengamankan gelar tanpa kehilangan satu set pun sejak Justine Henin pada 2007.

Swiatek juga menjadi juara Roland Garros putri kedua yang tidak diunggulkan di era Terbuka, bergabung dengan Jelena Ostapenko yang merebut gelar secara mengejutkan tiga tahun lalu.

Dia melampaui catatan rekan senegaranya Jadwiga Jedrzejowska - petenis Polandia paling luar biasa seebelumnya - yang menjadi runner-up di Roland Garros pada tahun 1939.

Swiatek menjadi wanita Polandia kedua yang mencapai final Grand Slam di era Terbuka setelah Agnieszka Radwanska di Wimbledon pada tahun 2012.

Juara Australia Terbuka Kenin, 21, gagal dalam upayanya menjadi wanita pertama yang merebut dua gelar Grand Slam di tahun yang sama sejak Angelique Kerber pada 2016.

"Saya hanya ingin memberi selamat kepada Iga atas turnamen yang hebat dan pertandingan yang hebat. Anda bermain sangat bagus," ujar Kenin.

Seperti Djokovic

Usai menerima trofi juara, Swiatek menyebut gelar Prancis Terbuka adalah pengalaman yang mengubah hidupnya. Tantangan terbesar selanjutnya, menurutnya, adalah mencoba menyamai konsistensi idolanya, juara Roland Garros 12 kali Rafael Nadal.

"Saya tidak berharap untuk memenangkan trofi ini. Ini jelas luar biasa bagi saya. Ini seperti, pengalaman yang mengubah hidup," ujar Swiatek yang akan naik ke peringkat 17 WTA pada hari Senin.

Gaya bermainnya disamakan oleh juara Roland Garros tiga kali Mats Wilander dengan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic.

"Sungguh saya merasa bisa maju dalam banyak hal karena saya baru 19 tahun. Saya tahu permainan saya tidak berkembang dengan sempurna," sambung Swiatek.

"Juga saya pikir perubahan terbesar bagi saya adalah menjadi konsisten. Saya pikir inilah perjuangan bagi petenis wanita. Itulah mengapa kami memiliki begitu banyak pemenang Grand Slam baru karena kami tidak sekonsisten Rafa, Roger, dan Novak. Itulah mengapa tujuan saya adalah menjadi konsisten. Akan sangat sulit untuk mencapai itu," tandasnya.

Meski menjadi petenis wanita Polandia kedua yang mencapai final Grand Slam di era Terbuka setelah Agnieszka Radwanska, Swiatek menolak dibandingkan dengan runner-up Wimbledon 2012 itu. "Saya hanya merasa seperti membuat sejarah. Tapi saya masih berpikir bahwa Radwanska, dia mencapai banyak hal karena dia bermain di level teratas WTA selama 12 tahun," jelasnya.

"Saya tahu akan ada banyak orang yang akan membandingkan kami. Tapi saya pikir saya harus benar-benar konsisten selama beberapa tahun ke depan agar semua orang menyebut saya pemain terbaik di Polandia karena masih banyak yang harus saya lakukan," sambungnya.

Swiatek menerima pesan ucapan selamat dari bintang sepak bola Polandia Robert Lewandowski, dan pria kelahiran Warsawa itu berharap ada sambutan hangat saat kembali ke negaranya. Meski demikian Swiatek tidak berharap itu menjadi hal yang terlalu istimewa.

"Saya tahu bahwa seluruh negara mendukung saya dan mereka semua percaya pada saya. Saya akan bahagia dan bangga," tandasnya. ben/A FP/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top