Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Iga Swiatek Tak Terbendung untuk Menjadi Juara Prancis Terbuka

Foto : ISTIMEWA

swiatek

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Seperti banyak diduga, Iga Swiatek akhirnya juara baru tunggal putri French Open Sabtu waktu setempat. Di final dia menghancurkan petenis Amerika Serikat Coco Gauff 6-1 6-3. Swiatek, unggulan teratas asal Polandia yang selama turnamen ini mengenakan pita warna bendera kebangsaan Ukraina yang disematkan pada topinya itu berkata, "Saya ingin mengatakan sesuatu kepada Ukraina. Kuatlah selalu, perang masih berlangsung di sana." Dia mendesak Ukraina "tetap kuat" menghadapi invasi Russia.


"Sejak pernyataan pertama saya di Doha Februari pada dasarnya saya sudah berharap ketika melakukan yang berikutnya, situasi di sana bakal membaik."

"Tapi saya masih memiliki harapan dan berusaha mendukung, jadi terima kasih hadirin," kata petenis berusia 21 tahun itu di tengah tepuk tangan meriah dari penonton di Lapangan Philippe Chatrier.

Swiatek yang memburu 35 pertandingan tak terkalahkan, sudah membahas situasi di Ukraina setelah menjuarai turnamen Doha pada 26 Februari, dua hari setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina.

Tur tenis putra dan putri melarang Rusia dan Belarus mengadakan kompetisi tim internasional setelah invasi yang disebut Moskow "operasi militer khusus" itu, tetapi membolehkan para petenis kedua negara bermain dalam status netral.

Polandia adalah negara Uni Eropa yang pada Maret memberikan perlindungan sementara kepada bagian terbesar warga Ukraina yang mengungsi dari perang di mana 675.085 warga Ukraina mencari perlindungan di sana.

Gauff sendiri memuji petenis Polandia itu karena menyebutkan Ukraina dengan menyatakan memang penting untuk berbicara lantang soal ini.

"Saya kira sungguh luar biasa dia menyinggung (Ukraina) dalam pidatonya. Saya kira itu sungguh bagus dan bijaksana," kata Gauff yang awal pekan ini mengimbau diakhirinya kekerasan senjata di Amerika Serikat setelah penembakan massal yang terjadi baru-baru ini.

"Saya kira secara umum memanfaatkan olahraga sebagai platform itu penting. Penting bagi kami untuk menyebutkan hal-hal ini. Menuliskan sesuatu tidak akan mengakhirinya ... tetapi bagi saya, ini tentang mempengaruhi para pemimpin yang berkuasa dan para pemimpin di seluruh dunia mungkin mendengar pesan itu."

Swiatek tak memberi ampun kepada Gauff dengan rangkaian groundstroke untuk mengakhiri pertemuan mereka hanya dalam tempo sekitar satu jam.

"Dua tahun lalu memenangkan gelar ini luar biasa. Sejujurnya saya tak mengharapkannya, tapi kali ini saya merasa seperti saya bekerja keras dan melakukan segalanya agar bisa sampai di sini meskipun cukup sulit. Tekanannya besar," kata dia.

Swiatek yang hanya kehilangan satu set dalam seluruh turnamen ini sebelumnya menangis ketika mendengar lagu kebangsaan Polandia setelah memenangkan final melawan Gauff.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top