Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 24 Nov 2024, 01:15 WIB

IDI Kabupaten Banjarnegara Ungkap Penyebab Hemophobia, Ini Pengobatan yang Tepat

Foto: iStockphoto/PeopleImages

Salah satu gangguan kesehatan yang mungkin sebagian masyarakat Indonesia pernah mengalaminya adalah Hemophobia. Hemophobia atau fobia darah adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan rasa takut berlebih terhadap darah. Penderita hemophobia dapat mengalami reaksi fisik dan emosional yang kuat ketika melihat atau membayangkan darah. Hemophobia dapat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya. Jika tidak ditangani, fobia ini dapat berdampak serius, seperti menimbulkan fobia lainnya atau mengganggu kesehatan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), organisasi yang menjadi wadah profesi bagi para dokter di Indonesia yang berdiri sejak 24 Oktober 1950. IDI Cabang Kabupaten Banjarnegara adalah organisasi profesi yang berfungsi untuk menaungi dan mengembangkan profesi dokter di wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah.

IDI Kabupaten Banjarnegara berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di daerahnya, serta mendukung dokter dalam menjalankan tugas profesional mereka. IDI Kabupaten Banjarnegara saat ini telah meneliti terkait gangguan kesehatan Hemophobia. Apa saja faktor penyebab terjadinya hemophobia serta obat yang bisa meringankan pada penderitanya.

Apa saja faktor penyebab seseorang mengalami hemophobia?

IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kabupaten Banjarnegara dengan alamat website idikabbanjarnegara.org   menjelaskan bahwa hemophobia, atau fobia darah, adalah ketakutan berlebihan terhadap darah yang dapat memicu reaksi cemas yang ekstrem. Beberapa faktor penyebab hemophobia meliputi:

1. Pengalaman traumatis

Pengalaman negatif atau traumatis yang berkaitan dengan darah, seperti melihat kecelakaan atau mengalami cedera serius yang melibatkan darah, dapat memicu perkembangan hemophobia.

2. Adanya faktor keturunan atau genetik

Ada kemungkinan bahwa hemophobia dapat diturunkan dalam keluarga. Individu dengan riwayat keluarga yang memiliki fobia serupa mungkin lebih rentan untuk mengembangkan kondisi ini.

3. Pola asuh orang tua

Pola pengasuhan yang terlalu protektif atau orang tua yang menunjukkan ketakutan berlebihan terhadap darah dapat mempengaruhi anak untuk mengembangkan fobia tersebut. Anak-anak mungkin belajar untuk takut ketika melihat reaksi orang tua mereka terhadap darah.

4. Kesehatan mental dan fobia

Gangguan kecemasan atau kondisi mental lainnya, seperti depresi, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hemophobia. Selain itu, hemophobia sering kali muncul bersamaan dengan fobia lain, seperti trypanophobia (takut jarum suntik) atau nosocomephobia (takut rumah sakit), yang dapat memperburuk ketakutan terhadap darah.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengatasi gangguan hemophobia?

IDI Kabupaten Banjarnegara telah merangkum cara mengatasi gejala hemophobia. Untuk mengatasi hemophobia, atau fobia terhadap darah, terdapat beberapa jenis obat yang dapat direkomendasikan. Berikut adalah beberapa kategori obat yang umumnya digunakan meliputi:

1. Obat Antidepresan

Sertraline, fluoxetine, dan paroxetine merupakan obat yang dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi yang sering menyertai hemophobia. Mereka bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmitter di otak yang berperan dalam mood.

2. Obat Anti-Kecemasan

Diazepam (Valium), lorazepam (Ativan), dan alprazolam (Xanax) adalah obat yang dapat mengendalikan kecemasan yang muncul saat penderita menghadapi situasi yang berkaitan dengan darah. Namun, penggunaannya harus diawasi karena potensi ketergantungan.

3. Terapi Pemaparan

Selain mengonsumsi obat, ada juga terapi pemaparan dimana metode ini membuat penderita secara bertahap dihadapkan pada objek atau situasi yang menakutkan (dalam hal ini, darah) tetapi dalam lingkungan yang aman untuk mengurangi sensitivitas mereka terhadap pemicu.

Obat-obatan biasanya digunakan bersamaan dengan terapi psikologis untuk hasil yang lebih baik. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat sesuai kebutuhan individu.

((IKN)

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.