Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Ibu Tak Beri ASI Langsung Pada Bayi Sebabkan Sederet Masalah

Foto : antara
A   A   A   Pengaturan Font

Pakar gizi masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum mengatakan ibu yang tak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung sehingga menggunakan botol atau dot pada bayinya bisa mengakibatkan sang buah hati bingung puting.

Pakar gizi masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum mengatakan ibu yang tak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung sehingga menggunakan botol atau dot pada bayinya bisa mengakibatkan sang buah hati bingung puting.

"Anaknya bingung puting karena itu ibunya jadi eksklusifpumping(memerah ASI)," kata Tan dalam konferensi pers daring "Melindungi Ibu dan Anak dari Promosi Susu Formula yang Agresif" di Jakarta, Kamis.

Karena ibu memompa ASI dengan alat, maka anak tidak menyusu secara langsung sehingga pengosongan payudara tidak maksimal.

"Karenapumpingatau dipompa, anaknya tidak menyusu langsung, jadi, pengosongan payudara tidak maksimal. Akhirnya ASI makin seret," ujar Tan.



Tan mengatakan tidak adanya edukasi terkait pentingnya memberikan ASI secara langsung atau ASI perah pada ibu atau orang yang mengasuh bayi menjadi salah satu dari sejumlah alasan akhirnya bayi diberikan susu formula, di samping ibu sejak awal rendah diri karena ASI-nya tak selancar ibu-ibu menyusui lainnya.

Berbicara alasan lain bayi akhirnya diberi susu formula yakni adanya anjuran tenaga kesehatan. Padahal menurut Tan, tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif dan ini didukung salah satunya oleh Peraturan Pemerintah.

Tan menambahkan, alasan lainnya memberikan bayi susu formula antara lain desakan mertua, teman, tetangga serta iri dengan anak-anak lain yang bertubuh gemuk.

"Iri dengan anak-anak lain yang gembul. Jadi,patokannya bukan kurva tumbuh kembang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), WHO tetapi patokannya anak tetangga yang kayak roti sobek," kata Tan.

Tan menuturkan ada sejumlah alasan medis yang dapat diterima sebagai dasar penggunaan pengganti ASI, antara lain bayi mengalami galaktosemia klasik sehingga diperlukan formula khusus bebas galaktosa, atau ibu terinfeksi HIV namun dengan catatan jika pengganti ASI dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Ones

Komentar

Komentar
()

Top