Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Sinjai

Hutan Mangrove Tongke-Tongke, Pesona Benteng Alami di Pesisir Sinjai

Foto : ANTARA/Arnas Padda
A   A   A   Pengaturan Font

Pada tahun 1960-1962 kondisi keamanan mulai membaik. Sebagian masyarakat kembali ke Tongke-Tongke untuk menata kampungnya setelah keamanan dianggap benar-benar pulih. Saat itu pemerintah membagi Tongke-Tongke menjadi dua dusun yakni Dusun Tongke-Tongke dan Dusun Maroanging.

Tahun 1970, kondisi gelombang pasang air di pesisir Desa Tongke-Tongke semakin tinggi hingga mencapai 30-40 sentimeter, bahkan sampai di kolom rumah penduduk. Pada tahun 1980-an, abrasi pantai sangat luar biasa mengakibatkan rumah penduduk banyak yang terancam bahkan ada beberapa rumah yang harus dipindahkan untuk menghindari bencana.

Karena kondisi pemukiman yang setiap tahunnya terancam abrasi maka muncul ide dari kepala lingkungan yang saat itu dijabat oleh almarhum H Badaruddin bersama dengan beberapa tokoh masyarakat untuk melakukan penyelamatan pantai dengan cara mengumpul batu karang untuk dijadikan sebagai tanggul (talut).

Batu karang tersebut diambil dari desa tetangga di sekitar Pulau Sembilan yang pengambilan batu karangnya di lakukan sepekan sekali usai salat Jumat. Pengambilan batu karang tersebut dilakukan dengan penuh semangat demi menyelamatkan lingkungan mereka dari ancaman abrasi.

Warga Tongke-Tongke ketika itu belum tahu kalau mengumpulkan batu karang dapat merusak biota laut. Tidak seperti karang alami di laut, ternyata upaya penyelamatan dengan pembuatan tanggul tidak berhasil. Warga desa itu baru mulai mencoba menanam bakau salah satu jenis mangrove pada tahun 1980-an.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top