Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Hujan Turut Menjadi Ancaman

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Greenland adalah daratan yang luas dengan lapisan es skala benua. Lapisan esnya juga cukup tebal menjulang hingga ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga mencairnya es di tempat ini sangat berdampak pada kenaikan permukaan laut global.
Namun lapisan es yang menutup 79 persen pulau terbesar di dunia kini terancam oleh pemanasan global akibat ulah manusia atau antropogenik. Gletser perifer dan lapisan es ini sekarang juga mengalami pencairan parah.
Salah satu ancaman yang bagi lapisan es di Greenland selain udara panas adalah air hujan. Misalnya pada 14 - 15 Agustus 2021, pulau itu dilanda hujan lebar yang mencairkan lapisan es dalam skala yang sangat luas.
Pada puncak yang memiliki ketinggian 3.216 mdpl menurut laporan ilmuwan The US National Science Foundation dilanda hujan deras yang sangat jarang terjadi dan mengejutkan. Dengan suhu sangat dingin seharusnya air hujan tidak pernah bisa turun, tapi hanya berupa hujan salju, yang sekaligus menambah tebal lapisan es abadi di sana.
Menurut seorang ilmuwan di Pusat Data Salju dan Es Nasional di Universitas Colorado, Ted Scambos, yang bekerja pada lembaga tersebut mengatakan hujan yang turun di puncak itu belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini melewati ambang batas yang tidak terlihat selama ribuan tahun dan terus terang ini tidak akan berubah sampai kita menyesuaikan apa yang kita lakukan di udara," ujar dia seperti dikutip CNN.
Hasil analisa Scambos dan tim menyebutkan, hujan disebabkan oleh naiknya udara hangat yang terhenti di atas lapisan es karena gangguan cuaca di lepas pantai. Akibatnya, suhu udara di atas Greenland mencapai 18 derajat Celsius lebih tinggi dari biasanya.
Menurut Scambos peristiwa pemblokiran seperti itu tidak biasa tetapi kemungkinan akan menjadi lebih sering. Saat hujan tersebut diperkirakan lebih dari 7 miliar ton air hujan menggenangi Greenland. Menurut Pusat Data Salju & Es Nasional AS (NSIDC), guyuran air menyebabkan terjadinya pencairan es pada wilayah 872.000 kilometer persegi atau luasnya empat kali lebih besar dari Inggris.
Sebelumnya sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 2019 menemukan tingkat pencairan es di Greenland saat ini lebih besar daripada kapanpun sejak akhir era Holosen atau yang dikenal sebagai Zaman Es.
Profesor geologi di University of Buffalo yang jadi penulis utama makalah tersebut, Jason Briner, mengatakan bahwa umat manusia telah mengubah planet Bumi sedemikian rupa sehingga tingkat pencairan lapisan es abad ini berada pada kecepatan yang tinggi.
"Lebih besar dari apapun yang telah kita lihat di bawah variabilitas alami lapisan es selama 12.000 tahun terakhir," katanya seperti dikutip Cleantechnica.
Dia menambahkan, sebelum penelitian itu, sains tidak memiliki pegangan yang baik pada tren jangka panjang dari tingkat hilangnya es Greenland. Pekerjaan yang teliti telah dilakukan untuk mengukur tingkat kehilangan massa es yang terjadi saat ini.
"Tetapi kita tidak memiliki pandangan jangka panjang untuk menempatkan tingkat hari ini ke dalam perspektif. Studi kami memberikan perspektif itu," papar Briner.
Ia mengatakan pada hasil penelitiannya bahwa lapisan es Greenland menyusut antara 10.000 dan 7.000 tahun yang lalu, tetapi perlahan-lahan meningkat selama 4.000 tahun terakhir. Pencairan saat ini akan membalikkan pola itu dan dalam 1.000 tahun ke depan.
Jika pemanasan global berlanjut, ia memperkirakan lapisan es yang luas kemungkinan akan lenyap sama sekali. Jika demikian maka permukaan laut akan naik sekitar 6 meter, dampaknya adalah tenggelamnya sebagian besar kota besar di dunia.
Meski mungkin diperlukan waktu ribuan tahun untuk mencairkan semua es, tetapi pencairan lapisan es Greenland dapat menyebabkan permukaan laut naik sebanyak 200 sentimeter pada akhir abad ini. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat dengan kuat, pencairan bisa meningkat hingga empat kali lebih cepat daripada kapan pun dalam 12.000 tahun terakhir.
"Kami semakin yakin bahwa kita akan mengalami tingkat kehilangan es yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Greenland, kecuali jika emisi gas rumah kaca berkurang secara substansial," tulis Andy Aschwanden, dari Institut Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top