Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Sektor Keuangan

Hindari "Rebound" Harga, Bank Sentral Global Pertahankan Bunga Tinggi

Foto : Sumber: BPS, Bank Dunia– Litbang KJ/and - KORAN JA
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF), pada Kamis (2/2) waktu Washington, menyatakan bank-bank sentral global perlu menjelaskan kepada pasar keuangan kemungkinan perlunya suku bunga tetap lebih tinggi lebih lama guna membawa inflasi secara berkelanjutan kembali ke target dan menghindari rebound tekanan harga.

Peringatan itu muncul di tengah pelonggaran yang signifikan dalam kondisi keuangan sejak Oktober ketika investor melihat kenaikan tajam suku bunga oleh bank-bank sentral tahun lalu untuk menurunkan tingkat inflasi yang menembus 6,0 persen di lebih dari 80 persen ekonomi dunia.

Sebaliknya, karena bank-bank sentral mendekati puncak suku bunga kebijakan mereka dan inflasi mulai surut, investor telah bertaruh pada perubahan arah kebijakan cepat ke penurunan suku bunga.

"Bank-bank sentral harus mengomunikasikan kemungkinan kebutuhan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama sampai ada bukti bahwa inflasi - termasuk upah dan harga jasa telah kembali ke target secara berkelanjutan," kata kepala Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF, Tobias Adrian, dan dua wakilnya dalam tulisan yang di-posting di kanal IMF.

"Melonggarkan sebelum waktunya bisa berisiko kebangkitan tajam dalam inflasi setelah aktivitas rebound, membuat negara-negara rentan terhadap guncangan lebih lanjut yang dapat merusak ekspektasi inflasi," tambah mereka.

Hal itu terlihat pada Rabu (1/2) ketika Federal Reserve AS menaikkan suku bunga kebijakannya dan Ketua Fed, Jerome Powell, menegaskan kembali bahwa bank sentral tidak berencana menurunkan suku bunga tahun ini karena perlu melihat disinflasi barang-barang diikuti oleh kemajuan nyata di sektor jasa, yang diperkirakan akan memakan waktu lebih lama.

Investor mengabaikannya, bertaruh lebih jauh bahwa Fed akan memangkas suku bunga tahun ini sementara saham menguat. Indeks saham S&P 500 telah meningkat lebih dari 7,0 persen tahun ini dan naik lebih dari 15 persen dari level terendahnya pada pertengahan Oktober. Ukuran mingguan yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan AS yang dilacak oleh Fed Chicago menunjukkan mereka saat ini lebih longgar dari rata-rata menurut standar historis.

Pelonggaran Prematur

Pasar keuangan di tempat lain bereaksi dengan cara yang sama pada Kamis (2/2) ketika Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Pelonggaran prematur dalam kondisi keuangan tidak disukai bank-bank sentral, karena hal itu menurunkan biaya pinjaman pada saat pembuat suku bunga mencoba untuk tetap membuatnya restriktif guna meredam permintaan di seluruh ekonomi mereka dan membawa inflasi lebih rendah.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan pengetatan suku bunga dalam melawan inflasi harus diimbangi dengan upaya untuk menyelesaikan akar masalah kenaikan harga itu sendiri. "Ibarat penyakit, suku bunga tinggi itu adalah langkah represif. Namun ini tidak bisa jalan sendiri, tetap harus dicari root cost-nya, penyebab sebenarnya mengapa harga-harga naik. Itu yang harus diselesaikan," kata Wibisono.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top