Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Haumea, Planet Kerdil Bercincin

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Planet bercincin tidak harus berukuran besar.Objek ruang angkasa berukuran kerdil seperti planet dan juga asteroid, diketahui memiliki cincin dan bulan.

Planet bercincin dalam tata surya umumnya memiliki ukuran besar. Planet bercincin Saturnus, misalnya memiliki diameter 116.464 kilometer. Planet raksasa Jupiter dengan diameter 142,984 kilometer juga memiliki cincin meski agak samar. Demikian juga Uranus yang memiliki cincin tipis yang mengelilinginya.

Di tata surya, ternyata cincin bukan hanya monopoli planet raksasa. Haumea, demikian nama sebuah planet kerdil yang berada di Sabuk Kuiper (Kuiper Belt), juga memiliki hal serupa. Dalam laporannya di jurnal Nature pada 11 Oktober 2017, disebutkan objek ini adalah salah satu objek terbesar yang menghuni area tersebut.

Sabuk Kuiper adalah area di luar planet terjauh Neptunus. Haumea adalah salah satu objek terbesar yang menghuni area itu setelah Pluto. Karakteristik yang sama dengan tetangganya yang lebih besar. Keduanya mengambil jalur yang sangat memanjang mengelilingi Matahari yang melintasi orbit benda planet lain.

Jika Pluto melintasi orbit Neptunus, dan Haumea melintasi orbit Pluto. Kedua planet kerdil mengorbit pada sudut ke jalur delapan planet, yang mengelilingi Matahari di sepanjang bidang yang sama.

Sama seperti Pluto, planet kerdil ini memiliki bulan yaitu Hi'iaka dan Namaka. Namun kedua bulan tidak bulat bahkan cenderung lonjong tidak beraturan. Demikian juga dengan bentuk Haumea sendiri yang lebih mirip batu sungai raksasa.

Rekan penulis studi seorang astrofisikawan di Instituto de Astrofísica de Andalucía di Granada, Spanyol, Pablo Santos Sanz, menduga bentuknya dipengaruhi oleh rotasinya yang sangat cepat. Dalam sehari rotasinya hanya selama 4 jam, menjadikannya objek besar yang berputar paling cepat di tata surya.

Haumea diketahui ketika melintas atau transit di depan bintang URAT1 533-182543 pada 21 Januari 2017. Meskipun objek cukup sering melintas di depan bintang, namun sulit untuk memprediksi waktu dan lokasi secara akurat.

Kepada space.com, Santos Sanz mengatakan tim bekerja dengan mengkoordinasikan 12 teleskop, dari 10 laboratorium berbeda, untuk mengamati cahaya bintang yang terhalang Haumea. Tujuannya untuk menentukan ukuran dan bentuknya dengan lebih baik.

Biasanya, bayangan lebih besar dari objek yang melemparkannya. Misalnya, seseorang dapat menggerakkan tangan lebih dekat dan lebih jauh dari senter untuk membuat bayangannya tumbuh dan menyusut.

"Tapi bintang itu begitu jauh dari Bumi dan relatif jauh terhadap Haumea sehingga memproyeksikan bayangan planet kerdil itu dalam ukuran penuh. Ini adalah teknik yang sangat solid untuk mendapatkan ukuran," kata Santos Sanz.

Hasil pengamatan menemukan sumbu Haumea sekitar 2.300 kilometer atau 17 persen lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hasil pengukuran dan bentuknya yang seperti batu kemungkinan membuatnya kehilangan status planet kerdilnya, meskipun banyak planet dan planet kerdil tidak memiliki bentuk bulat sempurna.

Sebaliknya, sebagian besar objek yang lebih kecil tidak memiliki gravitasi yang cukup untuk mengatasi kekakuannya sendiri, sehingga akhirnya berbentuk aneh. Kriteria ini merupakan inti dari definisi kontroversial tentang planet kerdil, dan gambaran Haumea yang lebih akurat yang muncul dari penelitian tampaknya tidak memenuhinya.

"Saya tidak tahu apakah ini akan mengubah definisi (planet kerdil)," kata Santos Sanz. "Saya pikir mungkin ya, tapi mungkin itu akan memakan waktu," imbuh dia.

Masih Misteri

Baginya yang paling mengejutkan, para ilmuwan mengetahui bahwa Haumea memiliki cincin. "Tim melihat sesuatu yang aneh di kurva cahaya," kata Santos Sanz.

Cahaya redup tepat sebelum dan sesudah planet kerdil ini lewat di depan bintang, seolah-olah ada sesuatu yang menutupinya.

Setelah melalui pengamatan berbulan-bulan membuktikan kecurigaan awal para ilmuwan. Hasilnya menunjukkan bahwa khatulistiwa Haumea dikelilingi oleh cincin puing-puing selebar 70 kilometer yang terletak sekitar 1.000 kilometer dari permukaan planet kerdil itu.

"Cincin biasanya merupakan tanda tabrakan yang terjadi belum lama," kata astronom Yale University, David Rabinowitz, yang tidak terafiliasi dengan penelitian ini, kepada space.com.

Bagi Rabinowitz, tabrakan ini berarti bisa terjadi antara beberapa ratus juta tahun yang lalu dan satu miliar tahun yang lalu.

"Pencarian asal cincin membuat sistem itu jauh lebih menarik," ucap Rabinowitz. "Ini adalah misteri lain tentang planet kerdil yang meminta jawaban," imbuh dia.

Hasil penelitian model matematika terhadap cincin Haumea menunjukkan bahwa semua objek ini berasal ketika planet kerdil itu berumur lebih muda dan lebih besar. Planet kemudian menabrak objek Sabuk Kuiper besar lainnya.

Tabrakan antara Haumea dengan objek lain membuat pecahan-pecahan beterbangan dan membuat planet kerdil itu berputar-putar. Beberapa dari fragmen ini bergerak sendiri mengelilingi Matahari, dua mungkin menjelaskan bulan dan debu yang tersisa mungkin telah mengendap menjadi cincin, menurut penelitian.

Rekan penulis studi seorang astrofisikawan di Instituto de Astrofísica de Andalucía di Granada, Spanyol, Pablo Santos Sanz, dan astronom Yale University, David Rabinowitz, memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan terlalu cepat.

"Itu hanya salah satu teori," kata Santos Sanz. "Itu tidak pasti," kata dia.

Para peneliti berpikir dua objek, yang termasuk dalam kelompok asteroid yang dikenal sebagai Centaur, mungkin juga berasal dari Sabuk Kuiper, menunjukkan bahwa cincin mungkin lebih umum di objek ini daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.

"Saya juga cukup yakin bahwa dalam lima tahun ke depan, kita akan melihat lebih banyak cincin," kata Santos Sanz. "Saya pikir hal yang sangat menarik adalah bahwa kita berada di awal ilmu ini tentang cincin di sekitar benda-benda kecil. Jadi kami tidak tahu banyak hal, tetapi kami belajar lebih banyak dan lebih banyak lagi dengan setiap penemuan baru," imbuh dia. hay/I-1

Asteroid Juga Bisa Memiliki Bulan

Haumea yang berstatus planet kerdil, bukanlah benda terkecil yang diketahui memiliki cincin. Pada 2013, para astronom mengidentifikasi cincin di sekitar Asteroid (10199) Chariklo dengan lebar 302 kilometer. Pada 2015, para peneliti mengumumkan bahwa asteroid serupa Chiron, kemungkinan juga memiliki cincin.

Asteroid Chariklo merupakan anggota terbesar dari kelas Centaur yang berada di antara Matahari, Saturnus dan Uranus. Centaur merupakan kumpulan benda kecil di bagian pinggir tata surya dengan orbit yang tidak stabil.

Orbit benda-benda kecil Centaur diketahui melintasi planet-planet raksasa dan sering mengalami perturbasi atau gangguan secara berkala. Dampaknya orbitnya akan tetap tidak stabil selama beberapa juta tahun.

Asteroid atau benda kecil di Centaur memang berbeda dari asteroid yang berada di antara Mars dan Jupiter. Objek-objek di Centaur berasal dari area Sabuk Kuiper yang dikenal menjadi tempat tinggal asteroid dan planet kerdil. Itulah mengapa disebut Centaur atau makhluk mistis setengah manusia setengah kuda dalam mitologi Yunani.

Chariklo digolongkan sebagai asteroid karena tidak memiliki karakteristik dan aktivitas seperti layaknya komet. Namun demikian memiliki cincin bahkan tidak hanya satu melainkan dua. Kedua cincin yang melingkari benda kecil dengan diameter 250 kilometer tersebut diketahui memiliki lebar 7 dan 3 kilometer dan terpisah oleh celah selebar 9 kilometer.

Namun dari mana asal cincin ini berasal, para astronom belum mengetahui. Didiga cincin Chariklo itu terbentuk dari tabrakan benda-benda ruang angkasa yang membentuk piring puing-puing, yang bergerak dalam kecepatan tinggi.

Sedangkan objek bercincin lain adalah Chiron. Objek ini ditemukan oleh tim ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan dilaporkan pada Maret 2015. Lebarnya 233 kilometer yang mengorbit antara Saturnus dan Uranus.

Chiron sering lewat di depan sebuah bintang terang, dalam proses yang dikenal sebagai okultasi. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top