Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produksi Pangan - Harga Gabah Kering Giling Turun 5,99 Persen

Harga Gabah Berangsur Turun

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Harga gabah dan beras di sejumlah provinsi secara keseluruhan terjadi penurunan. Penyebabnya, panen raya di sejumlah sentra sudah merata sehingga pasokan beras terus mengalir baik ke pedagang maupun ke pasar-pasar di seluruh Indonesia.

"Hasil pengamatan BPS di 90 kota, Indeks Harga Konsumen (IHK), terdapat 29 kota yang telah mengalami penurunan harga beras. Adapun penurunan harga beras terdalam terjadi di Kota Mataram," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, Senin (3/4).

Pudji mengatakan harga gabah kering panen di tingkat petani pada Maret 2023 memang turun sebesar 7,65 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Namun, apabila dihitung secara tahunan (yoy) harganya tetap meningkat sebesar 15,41 persen.

"Demikian juga dengan harga gabah kering giling yang menurun sebesar 5,99 persen secara mtm dan meningkat sebesar 13,10 persen secara yoy," katanya.

Dengan demikian, kata Pudji, secara bulanan kenaikan harga beras tertinggi hanya terjadi di tingkat eceran dan secara tahunan kenaikan harga beras tertinggi terjadi di tingkat penggilingan. "Di sisi lain, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi atau HET beras untuk klasifikasi medium dan premium berdasarkan zonasi," katanya.

Dalam kesempatan lain, Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, mempertanyakan langkah Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor dua juta ton beras di sepanjang 2023, termasuk 500 ribu ton beras impor yang harus segera direalisasikan.

"Kami minta pemerintah jangan lakukan impor saat panen raya. Itu menjadi berita buruk dan akan mengganggu semangat para petani," ungkap Daniel.

Legislator Fraksi PKB itu merasa heran dengan langkah Bapanas yang menugaskan Perum Bulog melakukan impor. Pasalnya, hal itu tidak selaras dengan penjelasan Menteri Pertanian (Mentan) yang menyatakan optimistis hasil produksi beras Indonesia bulan ini sampai Mei karena adanya panen raya.

"Yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa dalam situasi panen raya dan optimisme malah pemerintah berencana melakukan impor. Paradoks ini mohon dijelaskan," tegasnya.

Pasokan Aman

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, mengatakan panen raya sudah dimulai sejak pertengahan Februari 2023 dan terus berlangsung hingga April ini. Dengan berlangsungnya panen raya secara merata di seluruh Tanah Air tersebut maka ketersediaan dan pasokan beras nasional secara otomatis akan tercukupi.

"Seperti yang sering disampaikan Bapak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) posisi pasokan dan ketersediaan beras kita saat ini dalam kondisi aman," katanya.

Sebaga catatan, produksi beras pada 2022 mencapai 31,54 juta ton atau naik 0,29 persen jika dibandingkan 2021 yang berjumlah 31,36 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi hanya mencapai 30,20 juta ton. Dengan demikian, terdapat surplus beras dalam negeri sebesar 1,3 juta ton tahun lalu.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top