Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stok Pangan | Harga GKP di Petani Sudah Rp7.000/ Kg di Atas HPP Rp5.000/Kg

Harga di Petani Tak Menarik

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah bersama Bulog bakal kesulitan memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) dari hasil produksi lokal jika harga yang ditawarkan ke petani tak menarik. Produsen lokal cenderung menjual hasil produksinya ke pihak yang menawarkan harga lebih kompetitif.

Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarunnajmi, mengatakan jika cadangan beras dari hasil produksi lokal agak berat karena harga di petani sekarang sudah kisaran 7.000 rupiah per kilogram (kg) untuk gabah kering panen (GKP), sementara Harga Pembelian Pemerintah (HPP)-nya hanya 5.000 per kg.

"Semenjak ditetapkan HPP 5.000, di petani hampir belum pernah ada harga di bawah itu. Artinya, HPP harus dinaikkan," terang Qomar pada Koran Jakarta, Senin (9/10).

Pemerintah, terang Qomar, memiliki data soal berapa harga yang wajar untuk petani dari rata-rata luasan lahan petani, biaya produksi petani hingga kebutuhan hidup petani.

"Dari data itu semestinya bisa memutuskan harga yang layak untuk petani, sekaligus mengamankan cadangan beras pemerintah dan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mengendalikan harga pasar," tegas Qomar.

Adapun Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan untuk memperbanyak pasokan komoditas beras ke pasar domestik sebagai strategi untuk menekan harga jual di tingkat konsumen yang kini terimbas mahalnya harga gabah.

"Petaninya senang harga gabah mahal. Harga gabahnya 7.300 rupiah, ada yang 7.400 rupiah, 7.500 rupiah, sampai 7.600 rupiah (per kilogram). Kalau petaninya senang, ini yang gak senang pembeli berasnya," kata Presiden Jokowi saat meninjau panen raya di Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10) seperti diinformasikan Sekretariat Presiden.

Jokowi mengatakan siklus panen raya tanaman padi yang kini berlangsung di sejumlah areal persawahan di Jawa Barat (Jabar) menambah cadangan beras nasional di tengah fenomena El Nino yang melanda Indonesia.

"Ya ini memang dalam satu tahun di semester pertama itu memang biasanya panennya tinggi, karena panen besar biasanya di bulan-bulan Maret-April yang tinggi," kata Jokowi.

Di sisi lain, setelah ditunjuk Presiden menjadi Pelaksana tugas (Plt.) Menteri Pertanian, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mulai membenahi berbagai aspek yang dapat mendukung peningkatan produksi dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Salah satunya membangun koordinasi dengan Bulog sebagai pihak yang akan menyerap hasil produksi petani.

Sektor Strategis

Plt Mentan, Arief Prasetyo, mengatakan sektor pertanian selama ini merupakan sektor strategis yang memiliki potensi besar pada peningkatan daya saing baik melalui hilirisasi maupun jumlah produksi.

"Satu persatu kita akan beresin ya kemudian Bulog juga sama teman-teman di Bulog harus melakukan penyerapan dalam negeri, tetapi kalau produksinya belum tinggi Bulog jangan masuk dulu karena. Karena itu, fokus kami adalah menyiapkan CPP (cadangan pangan pemerintah). Di sinilah saya perlu BUMN di bidang pangan seperti Id Food," ujar Arief.

Menurut Arief, saat ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri, di antaranya cuaca ekstrem El Nino yang berlangsung lama serta ancaman hama yang harus dikendalikan.

Namun yang pasti, Arief mengatakan koordinasi dengan para pihak akan dilakukan secara masif di seluruh Indonesa, termasuk dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top