Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok I Warga Akan ke Mal, Kafe, Restoran, dan Berwisata

Harga Daging Sapi dan Ayam Naik

Foto : ANTARA/Aditya Pradana Putra

Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (10/5). Harga daging sapi di pasar tersebut mengalami kenaikan dari 130 ribu menjadi 140 ribu rupiah per kilogram dalam dua hari terakhir.

A   A   A   Pengaturan Font

Setiap tahun biasanya sekitar tujuh juta orang atau setara 2,5 juta keluarga warga Jabodetabek mu­dik ke kampung ­halaman.

JAKARTA - Harga beberapa bahan pokok di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, naik, terutama daging sapi dan ayam. Darji, pedagang daging, mengatakan harga daging sapi naik 30 persen. Kalau normal harga 115 ribu rupiah per kilogram, namun mendekati Lebaran, harganya menjadi 150 ribu rupiah per kilogram.
"Harga ini naik sejak Sabtu pekan lalu," kata Darji yang ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (10/5). Sedangkan untuk daging ayam potong naik 28 persen dari 35 ribu rupiah per ekor menjadi 45 ribu rupiah perekor.
Jadi, ada kenaikan 10 ribu rupiah. Ini bisa jadi akan naik lagi," tambah Tumiyati, pedagang ayam potong di Pasar Kramat Jati. Tak hanya itu, harga bawang juga naik. Bawang merah biasanya 30.000 sekarang 40.000 rupiah per kg.
Kentang naik dari 10.000-13.000 per kilogram menjadi 15.000 rupiah per kg menjelang Lebaran. Meskipun harga bahan pangan naik, tidak menghambat masyarakat untuk membeli bahan pangan demi Lebaran.
"Iya gimana, udah tradisi sih, pasti kan naik semua. Apalagi menjelang Lebaran. Jadi ya mau gak mau," kata Melda, seorang pembeli di Pasar Kramat Jati. Menurut seorang pedagang, Pasar Kramat Jati akan terus ramai hingga Lebaran. Pembeli saat ini juga naik tiga kali lipat dari biasanya.

Hidupkan Ekonomi
Sementara itu, akhir pekan kemarin, Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, menilai bahwa kebijakan larangan mudik Lebaran berpotensi menggairahkan perekonomian DKI Jakarta dan sekitarnya.
Menurut dia, kondisi ekonomi yang mulai membaik ditambah peningkatan jumlah perusahaan yang mampu membayar Tunjangan Hari Raya (THR) tentu meningkatkan daya beli warga. Ini belum lagi cairnya THR untuk ASN, TNI, Polri, dan pensiunan.
"Biasanya uang mereka akan mengalir ke daerah waktu mudik tak dilarang dulu. Namun sekarang, karena mudik dilarang maka uang tersebut berpotensi beredar di Jakarta dan sekitarnya," katanya.
Ditambahkan, warga Jakarta yang tidak pulang kampung akan mengunjungi mal, restoran, kafe, pusat hiburan/wisata, seperti Ancol, TMII, KB Ragunan, Monas, Kota Tua, dan Kepulauan Seribu. Mereka juga akan bepergian di sekitar Bodetabek. "Hal itu akan mendorong transaksi ekonomi signifikan. Ini akan menggairahkan perekonomian Jakarta dan sekitarnya," tandasnya.
Sarman mengungkapkan, setiap tahun biasanya sekitar tujuh juta orang atau setara 2,5 juta keluarga warga Jabodetabek mudik ke kampung halaman. Mereka mengalirkan uang ke daerah mencapai 10 triliun rupiah.
Namun tahun ini, keluarga di kampung hanya menerima kiriman uang Lebaran karena adanya larangan mudik. Untuk mengisi liburan Idul Fitri tahun ini, warga Jabodetabek akan mengunjungi berbagai tempat santai bersama keluarga. Hal ini diperkirakan akan terjadi perputaran uang sebesar 1,25 triliun rupiah. Asumsinya, per keluarga membelanjakan paling sedikit 500 ribu rupiah selama liburan Idul Fitri.
"Ini perkiraan perputaran uang paling rendah. Sangat mungkin lebih dari itu," tandasnya. Perputaran tersebut akan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan nasional.
Data Bank Indonesia menyebutkan peredaran uang seluruh Indonesia dalam bentuk tunai selama Idul Fitri diperkirakan 152,14 triliun rupiah. Ini naik 39,33 persen (yoy) dibanding tahun lalu, 109,20 triliun rupiah. hay/Ant/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top